51

1K 130 8
                                    

Keluarga dan tahanan

-

Tak terlalu populer dan hanya sebagai tim cadangan yang selalu diberi tugas biasa. Aldo, Sello, dan Raizan adalah tim yang di anak tirikan saat masih berada di akademi.

Tak pernah dilirik hingga mereka merasa bahwa mereka sama sekali tak berguna di sana, sama sekali tak pernah dipanggil oleh pusat untuk menjalankan misi.

Perubahan mulai terasa saat Gracia telah menjadi boss cabang organisasi, mengambil Aldo sebagai bawahannya. Salah satu anak didik yang secara khusus ia bimbing saat itu bersama dengan anak didik lainnya.

Meski dididik sedemikian rupa, Aldo masih memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi. Selama hidup sebagai pembunuh bayaran, tak pernah ada nyawa yang melayang ditangannya. Bukan berarti Aldo tak pernah membunuh. Ia pernah, dan sangat sering.

Metode Aldo sedikit berbeda dari Raizan dan Sello.

Jika Sello menyukai hal mutilasi dan Raizan menyukai hal kekerasan tangan secara langsung, maka Aldo menyukai hal yang berbau dengan mental.

Pelecehan? Tidak, Aldo tak pernah melakukan hal mengerikan seperti itu. Yah, walau dari awal perbuatan mereka semua memang mengerikan.

Kembali lagi dengan rasa kemanusiaan. Aldo memiliki hati nurani yang cukup tinggi, itulah yang menjadi salah satu alasan kenapa Flora bisa bersama dengan Aldo sekarang ini.

Disebuah gedung konstruksi yang belum selesai, tepat di lantai yang paling atas Aldo sedang mengobati luka-luka Flora. Beruntung hanya kulit dan dagingnya saja yang terkoyak. Sudah sebuah mukjizat tulang Flora tak ada yang patah, hanya ada memar dan terkilir saja.

"Aku dengar cewe ini yang diincar mereka," ucap Raizan yang duduk bersandar ditiang konstruksi tidak terlalu jauh dari Aldo dan Flora.

Aldo hanya mengangguk dan berdeham, mengiyakan perkataan Raizan yang memang benar adanya. Flora adalah incaran generasi emas.

"Kalau kita ketahuan sama mereka, bisa-bisa kita yang dieksekusi," timpal Sello yang ikut khawatir jika enam kakaknya mengetahui tentang hal ini. Beruntung jika hanya dipukul, kalau ikut dibunuh?

Hal manusiawi yang mereka lakukan malam ini begitu berisiko, tapi Aldo tetap keras kepala. Ia tetap ingin menyelamatkan Flora, merawatnya hingga sembuh.

"Lo, temennya Marsha 'kan?" Tanya Aldo dengan suara pelan agar dua adiknya yang sedang duduk tak jauh dari mereka itu tidak mendengar.

Flora yang kesadarannya belum kembali sepenuhnya hanya mengangguk, menyatakan bahwa dirinya adalah teman dekat Marsha, anak Ragustiro.

"Banyak yang terjadi karna perbuatan lo, tapi gue yakin bukan seperti ini yang lo mau, iya 'kan?"

Kepala Flora berusaha menggeleng tapi Aldo tak memperhatikan. "Kakak-kakak gue, termasuk gue itu adalah pembunuh bayaran. Salah satu teman dekat mereka itu pernah lo bunuh," sambung Aldo. Kini tangannya sudah selesai mengobati luka darah dikulit Flora.

Aldo membenarkan posisi duduknya dan memegang pergelangan kaki Flora yang tidak berada di tempatnya, memijatnya sebentar sebelum memutarnya dengan kuat hingga kembali pada posisi semula.

PENGASUHWhere stories live. Discover now