49

1.1K 144 17
                                    

Bahagia akan kematian

-

"Gita?"

Anton Samuel, papa Gita baru saja kembali dari luar kota malam ini. Ia berjalan menyusuri setiap ruangan dirumahnya, mencari anak satu-satunya yang tak bisa ia temukan sedari tadi. "Gita?" Panggil Anton kembali lebih kuat, menggema di seluruh penjuru rumah.

"Berisik!!"

Anton membalikkan badannya. Matanya membulat, terkejut melihat seorang laki-laki yang tubuhnya penuh darah dan bonyok. Jalannya terpincang-pincang, mendekati Anton yang mulai merinding melihat tatapan Tara yang kosong namun seakan bisa membunuhnya.

"Si- siapa kamu?!" Teriak Anton sembari melangkah mundur dengan ketakutan. Wajah Tara berdarah-darah, satu matanya tertutup rapat dan berdarah. Bisa Anton pastikan kalau laki-laki itu kehilangan satu bola mata kirinya.

"Mundur! Atau akan saya laporkan pada polisi!" Ancam Anton yang semakin ketakutan karena tubuhnya tak bisa melangkah mundur, sudah mentok dan tertahan didinding dapur.

"Polisi?! HAHAHA" Pekik Tara sembari tertawa terbahak-bahak, "PANGGIL! PANGGIL SEMUA POLISI ITU!"

Tara sudah gila. Ia mengusap wajah kotornya dengan tangannya yang juga berdarah. "Aghhh, ini semua karena anak sialan mu itu. Padahal tinggal menikmati hidup saja," monolog Tara seraya memukul-mukul kepalanya dengan pelan.

Kacau. Otak Tara sudah tak beres. Pikirannya sudah tak bisa lurus. Satu-satunya yang ada dipikiran Tara hanya ada satu, membunuh.

Ia ingin membunuh. Membunuh siapapun tak masalah. Ia ingin membunuh banyak orang, tapi kaki sialannya ini tak bisa bergerak dengan leluasa karena tulang sendinya dipatahkan oleh Kathrina kemarin malam.

"Anton, Anton Samuel, ya? Papa nya Beby Samuel 'kan?" Ucap Tara sembari kembali berjalan mendekati Anton. "Kenapa, ya? Padahal, waktu itu, kamu bisa, menyelamatkan, mereka, berdua. Tapi kenapa? Hanya Gita?" Kembali Tara bertanya dengan nada yang terputus-putus sesuai dengan langkahnya yang tertatih. Kaki kanannya tak bisa ia gerakkan, membuat Tara harus menyeretnya.

"Mundur!" Teriak Anton mengancam Tara untuk mundur dengan sebuah pisau yang baru saja ia gapai dari meja dapur. "Saya punya pisau!"

"LANTAS KENAPA?! Punya pisau pun tak akan bisa membunuhku!" Tara kembali berteriak lalu tertawa gila. Mata kanannya merah darah, menatap kearah Anton dengan beringas. "Nyusul Beby, ya?"

"Ha- hah?" Anton gemetaran. Kakinya sama sekali tak bisa bergerak. Dia mematung, ketakutan melihat Tara yang benar-benar seperti seorang psikopat.

Tara berjalan mendekat, mengikis jarak antara tubuhnya dengan tubuh Anton Samuel. "Nyusul Beby, mau ga?" Tawar Tara yang sudah bersiap mengantarkan Anton untuk bertemu dengan Beby di alam baka.

Tangan Anton gemetaran, padahal sudah ada pisau ditangannya, tapi entah kenapa Anton sama sekali tak bisa menggerakkan tangannya. Ketakutan telah menguasai pikiran Anton hingga tubuhnya sama sekali tak bisa bergerak.

"Dilihat-lihat mata bapak ini indah sekali ya," ucap laki-laki itu sembari mengelus pelipis mata mangsanya hingga ke pipi, membuat pemilik mata biru permata itu merinding saat elusan tangan di pipinya berubah menjadi sebuah cengkraman yang kasar.

PENGASUHWhere stories live. Discover now