43

1.1K 138 3
                                    

PERTEMUAN

---

Malam sebelum pengrebekan apartemen, Raizan dan Lulu sempat cekcok. Bertengkar karena Lulu menyalahkan Raizan atas keteledorannya membiarkan Gita membawa barang terlarang itu.

"Kenapa kamu ga bilang kalau Anton udah ambil pesanannya?!" Pekik Lulu, panik dengan situasinya yang sudah berada diujung tanduk. Mungkin, saat ini Gita sudah melaporkan barang narkoba miliknya pada kepolisian.

"Kakak nyalahin aku?" Raizan tak terima, merasa tersinggung karena Lulu melimpahkan emosinya sendiri pada Raizan yang tidak tahu menahu tentang narkoba itu. "Harusnya kakak cek sendiri!"

Lulu mendorong tubuh Raizan, menghardiknya dengan kasar lalu berjalan cepat masuk kedalam kamar. "Aghhh! Kacau!"

Raizan mengelus pundaknya, sedikit nyeri karena sempat terbentur dengan ujung sofa yang keras. Flora yang duduk di seberang menatap Raizan, kalut dengan netra coklat kehitaman milik laki-laki rahang tegas itu. "Kamu gapapa?" Tanya Flora hendak mengusap pundak Raizan namun ditepis olehnya.

"Gapapa," jawab Raizan lalu berdiri, ingin menyusul Lulu yang saat ini sudah berada di kamarnya. Tangan Flora menggenggam lengan Raizan, menahannya agar tetap diruang tengah bersamanya.

"Tunggu! Ada hal yang perlu kamu ketahui," pungkas Flora menarik perhatian Raizan yang kini merasa tertarik akan informasi Flora, "ini tentang kak Lulu."

Raizan kembali duduk, menatap Flora dengan intens menunggu bibirnya kembali berucap. "Waktu itu, aku pernah lihat Kak Lulu ciuman sama orang lain di lokasi syuting."

Kendati belum merasa percaya, tangan Raizan dengan kasar langsung mencengkram kedua pipi Flora, membuat perempuan mungil itu meringis sakit karena tenaga Raizan yang tak main-main. "Jaga mulut lo! Kak Lulu ga mungkin begitu!"

Flora yang tidak mau mengakui kebohongannya pun menggeleng, bersikeras mengatakan bahwa Lulu memang melakukan itu. "Sseriuss!" Tekan Flora dengan bibirnya yang terbuka karena pipinya masih dicengkeram oleh Raizan.

Darah Raizan mendidih, mimik Flora tak sedikit pun mengatakan kebohongan. Ia menghempaskan kepala Flora, berdiri lalu berjalan dengan penuh emosi ke arah kamar Lulu yang terkunci.

"Kak! Buka!" Seru Raizan seraya menggedor pintu kamar Lulu yang tak kunjung dibuka olehnya.

Flora mengusap pipinya sambil sedikit menutupi mulutnya yang menampilkan seringai, merasa rencana yang ia susun secara spontan ini akan berhasil dan membebaskannya dari guratan kasus Lulu.

Sekarang, yang dibutuhkan Flora hanyalah tempat persembunyian.

"BUKA PINTUNYA, BAJINGAN!" Amarah Raizan meledak. Bukan sekali dua kali laki-laki ini meluapkan emosinya sebesar ini. Salah satu alasan yang membuat Lulu ingin putus dari Raizan adalah emosinya yang tidak terkontrol.

Raizan mengambil satu langkah mundur, mengambil ancang-ancang sebelum kakinya menendang pintu Lulu hingga rusak dan terbuka. Didalam, Raizan langsung murka dan menghampiri Lulu yang sedang mengemas baju-bajunya kedalam koper.

"CEWE ANJING!"

-

"Ternyata lo lebih dari anjing ya, Flo." Raizan berbisik, membuat perempuan yang tingginya sebahu itu merinding kala mendengar makian lembut ditelinganya.

PENGASUHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang