25

1.7K 177 15
                                    

Pamustiro

*

"Dimana sih dia?!"

Chika menghentakkan kakinya, kesal karena klien yang mereka tunggu-tunggu tak kunjung datang. Ini sudah lewat dua jam dari waktu yang di sepakati, tapi yang di tunggu juga masih tak dapat di hubungi.

"Ra, gimana nih?!" Protes Chika pada Tara yang sibuk bermain ponselnya. "Kita pulang aja sekarang, si Ian itu ga ada kabar sama sekali."

"Sabar sayang, ntar juga dateng," jawab Tara dengan enteng, tak sadar kalau kekasihnya ini sudah marah hingga pucuk kepala. "Kalau kita pergi trus Ian nya datang gimana? Bisa-bisa dia cabut bayaran kita."

"Lagian kenapa dia ga bisa gercep kayak Gita, sih?! Kan enak kalau dateng, kasih perintah, kita laksanakan, bayar, selesai! beres deh."

Tara menggendikkan bahu, masih tak peduli dengan ocehan Chika yang panjang dan mungkin tak akan ada ujungnya. Dirinya sibuk bersama dunianya yang ada di ponsel miring itu.

Chika menyandarkan tubuhnya dengan kasar, menatap jalanan kosong di depannya. Ia menarik napas panjang, lalu menghembuskan nya dengan perlahan, sedikit membantu menenangkan dirinya yang emosi setengah jiwa.

"Sepi banget, Ra."

Tara mengangguk, setuju dengan ucapan Chika. Gang ini terlalu sepi, tak ada satupun kendaraan dan orang yang lewat sedari tadi.

"Akhirnya sadar juga."

Chika dan Tara menoleh ke kanan, tepat di jendela tempat Tara duduk, mereka melihat seorang perempuan sedang tersenyum menatap mereka.

Kapan perempuan ini datang? Kehadirannya benar-benar tak mereka rasakan. Beruntung, kaca jendela Tara tertutup sehingga perempuan itu tak bisa menjangkau Tara yang ada di depannya. Suaranya samar, namun masih terdengar jelas.

"Nunggu orang, ya?" Tanya nya masih menatap mereka sambil tersenyum.

"Ra, pergi aja yuk. Si Ian ga bakal dateng keknya, malah orang gila yang dateng, noh," pungkas Chika, meminta Tara untuk pergi dari sana karna kurang nyaman dengan tatapan seringai dari perempuan yang ada di luar.

Tara mengangguk kecil, setuju untuk pergi saja dari pada orang gila yang di luar itu malah merusak kaca jendelanya nanti.

Laki-laki itu menaruh ponselnya, lalu mencoba menyalakan mobilnya.

"Loh, napa lagi ni mobil?" Monolog Tara seraya terus mencoba menyalakan mobilnya.

"Kenapa, Ra?"

"Gatau, tiba-tiba ga bisa nyala," keluh Tara. Ia menatap perempuan aneh itu lagi, berpikir untuk keluar dan mengecek mesin di depan atau tidak. Pasalnya, Ara itu takut orang gila, ia tak ingin dirinya di kejar-kejar lagi seperti dulu hingga sendalnya ketinggalan lagi.

Mengingat masa lalunya dulu pernah di kejar orang gila, Tara harus berlari sampai ngos-ngosan. Sialnya, sendal Tara sempat terlepas, membuat dia harus balik lagi dan mengambilnya.

Sendal aing ketingaleun, jerit Tara dengan keras.

Sial, Ara benar-benar tak ingin hal itu terulang lagi.

PENGASUHWhere stories live. Discover now