End

1.7K 222 56
                                    

PENGASUH

---

"Cheers!"

Dua belas orang yang duduk di ruang makan menyatukan kaleng bir mereka, melakukan tos sebelum meneguk bir kalengan itu hingga habis tak tersisa.

Kathrina dan Adel melakukan adu lega paling keras, membuat kekasih mereka yang duduk disebelahnya masing-masing jadi mengerutkan dahi kala mendengar sendawa mereka yang begitu keras.

"Ahh!" Adel mengecap bibirnya, melirik Kathrina dengan tatapan meremehkan pada kakaknya yang ia kira tak bisa melakukan sendawa sebesar miliknya.

Kathrina mencibirkan bibir, kembali ia teguk satu kaleng bir yang ada dihadapan hingga tersisa setengah, membuat Gita melotot hendak memarahi kekasihnya yang berlebihan.

"Uaghh!" Suara Kathrina tak kalah besar dan juga tak kalah menjijikkan untuk didengar. Olla yang duduk diseberang Kathrina dan Adel segera menendang kaki dua adiknya itu, menyuruh mereka untuk tidak melakukan hal seperti itu dimeja makan.

"Jorok, kampung!" maki Olla dengan wajah galak, menatap dua perempuan yang hanya memberikan cengir kuda sebagai tanggapan.

Ashel serta Gita hanya menghela napas, tak bisa berkata apa-apa melihat perilaku habitat asli kekasih mereka yang begitu liar.

"Zee, bisa gini, ga?" Adel mengambil kaleng bir yang baru saja ia habiskan, meremasnya dengan dua tangan hingga gepeng seperti koin.

Azizi melihat aksi Adel lalu mengangguk kecil. ia menarik kaleng bir Fiony yang masih sedikit berisi, membuat gadis yang sedang menikmati minumannya itu tersedak.

"Nih, liat!" Pamer Azizi seraya meremas kaleng bir itu hingga gepeng hanya dengan satu tangan. Marsha membulatkan mata dan mulutnya, kagum dengan kekuatan tangan kanan Azizi yang super kuat. "Lo bisa ga, Do? Tapi pakai tangan kanan," ledek Azizi setelah menaruh kaleng gepeng itu diatas meja.

Aldo yang selama tiga tahun ini menjadi kidal hanya memiringkan alisnya, malas menanggapi candaan kakaknya yang selalu menggodanya untuk menggunakan tangan kanan.

"Maaf, ya, Do." Fiony terkekeh kecil, namun masih merasa bersalah karena telah memotong jari kelingking kiri dan tangan kanannya Aldo tiga tahun lalu. "Kalau ga aku potong, bisa-bisa aku yang kena potong," imbuh Fiony melakukan pembelaan. Dua tangannya menyatu, terangkat meminta pengampunan.

"Buat Raizan sama Sello maaf juga, ya." Fiony kembali meminta maaf. Dua adik laki-lakinya yang masih bergabung di organisasi itu hanya tersenyum dan mengangguk. Sama sekali tak marah karena tiga tahun lalu ditinggal tak sadarkan diri diarea konstruksi.

Pagi-pagi buta saat mereka sadar, sudah banyak orang pekerja bangunan yang mengelilingi mereka hingga membuat Raizan dan Sello dikira sebagai seorang gelandangan.

"Aman, Ce! Yang terjadi, biarlah terjadi," jawab Sello dengan senyum lebarnya yang masih sama seperti dulu.

Raizan juga mengangguk, ia sama sekali tak keberatan dan tak marah saat ditinggal diarea konstruksi kala itu. "Selagi ada temen, Raizan ga akan malu."

Semua kembali bergelak tawa. Bersulang sekali lagi dan melanjutkan obrolan mereka dengan suka ria.

Selang beberapa menit, Olla tersadar satu hal. Orang yang duduk disebelah Olla sedari tadi tak bersuara sama sekali.

PENGASUHWhere stories live. Discover now