23

1.7K 180 18
                                    

Hati dan pikiran

*

"Kalau bukan hubungan, jadi apa?"

Kathrina masih diam. Mulutnya seakan kelu, tak bisa bergerak dan menjelaskan situasinya sekarang.

"Jawab." Gita menekan perkataannya. Sungguh, situasi saat ini membuat Kathrina dilema.

Haruskah ia jujur pada Gita kalau dahulu dirinya adalah seorang pembunuh bayaran, atau ia memilih diam dan di benci oleh Gita karena mengingkari janjinya.

Tak ada yang lebih baik. Semuanya akan berujung di benci Gita. Dan Kathrina tak menginginkan hal itu.

Apapun, ia akan lakukan apapun agar Gita memaafkannya. Tapi mohon, Gita tak boleh tahu tentang masa lalunya.

Gadis itu menghela napas, lalu beranjak membelakangi Kathrina.

"Aku kasih kesempatan."

Kathrina mendongak, menatap punggung Gita dengan berbinar.

Memang Tuhan sangat baik padanya.

"Git—"

"Jadi pacarku."

Kathrina tertegun. Ia kaget, shock, speechless dan juga bingung. JADI PACAR?!

Ga mungkin nolak.

"Jadi pacar aku, dan ikuti semua permintaan ku," sambung Gita seraya menoleh menatap Kathrina yang masih membeku, memproses kalimat Gita yang baru saja terucap. "Mau?"

"Mau," jawab Kathrina tanpa ragu. "Tapi, kamu maafin aku kan?"

"Tergantung performa kamu jadi pacar aku." Gita tersenyum tipis sambil duduk di atas sofa. Membuat Kathrina ikut tersenyum miring melihat Gita yang membuka kedua pahanya, dan menampakkan surga dunia di balik rok pendeknya.

"Sini."

-

Restoran Ragusushi, kini di hiasi oleh garis polisi agar tak ada orang awam yang masuk ke tempat yang sudah hangus terbakar itu.

Di sisi lain, mobil-mobil ambulan sudah terparkir dan segera menyiapkan tenda evakuasi serta pengobatan darurat.

Beberapa orang yang terkena luka bakar langsung di rawat di tempat, sedangkan yang terluka karena ledakan langsung di bawa ke rumah sakit.

Aldo, yang harusnya di bawa ke rumah sakit memilih untuk rawat di tempat saja. Sempat ia menolak juga, tapi para polisi dan perawat gencar memaksanya untuk di obati.

Tak sendirian, Aldo ternyata di susul oleh Azizi. Yang mendapatkan kabar kalau anak mentri juga menjadi korban lewat tayangan televisi.

"LO ANJING, DO! BISA-BISANYA LO GA JAGAIN MARSHA!"

Azizi menjerit memaki adiknya. Ia menunjuk-nunjuk wajah sang empu dengan sangat marah.

"Maaf," lirih Aldo sambil tertunduk.

"EMANG DASARNYA LO GA PERNAH BECUS."

Tangan Azizi mengepal dengan kuat, membuat kuku-kukunya melukai telapak tangan.

Amarah perempuan itu memuncak, tak ingin mendengar penjelasan apapun dari Aldo. Ia terus memaki, menghina dan melampiaskan amarahnya pada Aldo tanpa tahu alasan kenapa restoran itu meledak dan kenapa mereka berdua ada di sana.

PENGASUHOù les histoires vivent. Découvrez maintenant