13

2.3K 218 10
                                    

Perselisihan

*

"Heh anak haram! Lo mending diem, deh!" Eli mendorong pundak Ashel, membuat gadis itu sedikit melangkah mundur sambil menatap tak suka pada Eli. "Mentang-mentang Gita hari ini ga masuk, bertingkah lu!"

"Kak Eli, udah tenang." Muthe mengelus punggung Eli, mencoba menenangkan emosi perempuan berambut sebahu ini agar tidak menjadi lebih meledak-ledak. "Halah, lo juga gitu, kan?! Mentang-mentang hari ini Flora ga masuk, makanya lo berani datengin gue langsung. Biasanya cuma koar-koar ga jelas kayak kambing," balas Ashel sembari melipat tangannya di depan dada, menunjukkan bahwa ia juga bisa mendominasi pertikaian ini.

Marsha yang berdiri di belakang Ashel hanya diam, memperhatikan adu bacot antara mereka berdua. Tangannya menari-nari di atas layar ponsel, sibuk mengirim pesan pada seseorang.

You:
Acel gelud lagi

Flora:
Eli?

You:
Siapa lagi?

Flora:
Sorry ga bisa bantu kali ini

You:
Gapapa
Cuma mau laporan aja

Setelah selesai, Marsha memasukkan ponselnya ke dalam saku rok, dan kembali memperhatikan adu bacot yang ada di hadapannya. "Kak Eli, stop! Nanti rame," pinta Muthe seraya menarik-narik lengan seragam Eli. "Aku aduin ke kak Gita, nih!"

Eli mendengus kesal, lalu mendelik menatap ke arah Muthe. "Yaudah, iya," pungkas Eli dan kembali melotot pada Ashel dengan tidak ramah. "Beruntung lo hari ini!"

"Lo yang beruntung, dasar anak pungut," ketus Ashel, dengan tatapan tak suka ia menatap punggung Eli yang perlahan menjauh meninggalkan mereka berdua di koridor lantai satu. "Udah?" Tanya Marsha. Ashel mengangguk lalu membenarkan posisi tali tasnya yang sempat merosot. "Jangan aduin ke Flora."

"Terlambat," kilah Marsha.

"Meng?!"

"Gue ga mau ambil resiko."

-

"Badan kamu panas banget," ucap Kathrina setelah memegang tengkuk Gita yang berkeringat. "Apa karna kita keluar malem-malem itu ya?"

Gita menggeleng, ia meringkuk memeluk bantal. "Aku cuma kecapean." Kathrina menggeleng. "Jelas-jelas kamu panas begini, kayaknya mau demam," sanggah Kathrina. Tangannya dengan gesit membasuh tubuh Gita yang masih terbaring dengan kain basah.

"Kamu mudah sakit ya?"

Gita mengangguk. "Kata kak Beby—"

"Hm?"

Gita kembali menggeleng kecil. "Gapapa," kilahnya lalu memutarkan badannya, membiarkan Kathrina menggosok tubuh bagian belakangnya.

"Aku beneran ngerasa jadi pengasuh kamu, deh."

"Emang bukan?"

Kathrina tertawa, ia menggeleng-gelengkan kepalanya tak habis pikir jika Gita benar-benar menganggapnya sebagai seorang pangasuh. "Aku bisa lebih dari seorang pengasuh."

PENGASUHWhere stories live. Discover now