11

2.4K 244 25
                                    

Orang dikenal

*

Di tengah hiruk-pikuk lorong rumah sakit yang dipenuhi dengan langkah tergesa-gesa, Kathrina merengkuh jemari Gita dengan erat. Takut kalau gadisnya tertinggal di belakang sendirian.

Langkah mereka berhenti, tepat di sebuah kamar yang pintunya masih terbuka. Kathrina masuk, masih dengan tangannya yang menyatu dengan Gita.

"Kak," sahut Sello sembari berdiri dari duduknya. "Kok bisa di tembak?" Tanya Kathrina menoleh pada Azizi yang terbaring lemas di atas ranjang.

"Panjang ceritanya," lirih Azizi dengan sayu. Netra nya kini melirik pada Gita, ia mengangguk kecil memberi sapaan. "Lo bawa dia, apa ga kena marah, Tin?" Tanya Azizi.

Kathrina menggeleng lalu duduk di sofa rumah sakit, di ikuti oleh Gita. "Keluar kota nyokap bokap nya, yakali gue tinggal," jelas Kathrina.

Azizi membulatkan mulutnya, lalu kembali menatap langit-langit kamar rumah sakit. "Bahaya tau, bawa dia keluar begini," ucap Azizi lalu memejamkan matanya.

"Lo sendiri bawa anak menteri, kak." Sello menyela, lalu melirik pada Kathrina. "Kak Zee di anter anak menteri," sambungnya lagi.

"Marsha?"

Gita mengerutkan keningnya. "Marsha Ragustiro?" Beo Gita dengan pelan. "Kamu kenal?" Tanya Kathrina, lalu tersadar bahwa pertanyaannya itu adalah sesuatu yang bodoh. Gita mengangguk. "anak menteri."

Kathrina mengangguk kecil sedikit canggung lalu beralih pada Sello. "Ceritanya gimana?"

Sello menghela napas, ia menyandarkan punggungnya pada sofa lalu menceritakan ulang apa yang telah ia dengar dari Marsha.

"Lo ngapain ke resto sushi?" Tanya Kathrina, setelah mendengar ceritanya dari Sello. "Kan lo ga suka ikan."

Azizi menggeleng, tak berniat menjawab pertanyaan kakaknya itu.

"Demi Marsha?" Imbuh Kathrina. "Bulol lo!"

"Kayak lo engga aja."

---

Raizan membuka matanya dengan berat, terbangun karena suara panggilan dari ponselnya. Membuat ia mau tak mau meraih benda pipih itu dari atas nakas.

Sello.

Raizan mengerutkan keningnya, tumben sekali Sello memanggilnya malam-malam begini. Perlahan, Raizan turun dari kasurnya, tak ingin membuat perempuan yang tidur di sebelah nya terbangun karena pergerakannya.

Ia berjalan, menuju balkon kamar dan menutup pintu kaca balkon seraya mengangkat panggilan itu.

"Halo, sel?"

...

"Kak Zee di tembak?"

...

"Iya, iya. Ntar lagi gue kesana."

...

"Iya.

...

Raizan mematikan ponselnya lalu kembali masuk. Netra nya kini terkunci, menatap Lulu yang sudah terbangun dari tidurnya.

"Mau kemana?"

"Aku pulang dulu ya, kak," ujarnya sembari mengambil baju dan celananya yang tercecer di lantai.

PENGASUHDonde viven las historias. Descúbrelo ahora