54

1.1K 130 9
                                    

Faradisha Flora Rinaldi

-

"Bisa lari?" Aldo membantu Flora berdiri, memapahnya dan membawanya perlahan untuk turun dari lantai paling atas gedung konstruksi. Flora kesusahan, dengan kakinya yang belum sembuh total dan seluruh tubuhnya yang terluka parah tanpa pengobatan medis, tentunya membuat Flora berjalan tertatih. Bahkan untuk menggerakkan satu kakinya saja Flora tak sanggup.

Didepan mereka berdua, Raizan dan Sello menunggu. Dua laki-laki itu menatap Aldo dan Flora, "benar-benar ga ngerti sama jalan pikirmu," ucap Sello tiba-tiba pada Aldo.

Aldo terkekeh kecil, masih memapah Flora ia berjalan melewati Sello dan Raizan. "Sama, Sell. Aku juga ga ngerti." Kembali Aldo menoleh kebelakang, tersenyum pada Sello dan Raizan. "Yuk, keburu mereka datang," titah Aldo pada dua adiknya, bergegas pergi dari sana sebelum enam saudarinya datang dan menemukan mereka.

"Ya, itu yang aku bingung! Kenapa hubungi mereka kalau takut ketangkap sama mereka?"

"Harusnya hubungi mereka waktu kita udah ga disini," imbuh Raizan sebal, Aldo seakan melakukan semaunya tanpa rencana. Tapi nyatanya tidak begitu. Semua sudah Aldo perhitungkan dengan baik sebelumnya.

Dengan menghubungi enam saudarinya ditempat, Fiony pasti akan melacak letak panggilan Aldo. Jadi lebih aman pergi ketika selesai menelpon. Tujuan Aldo menelpon enam saudarinya adalah untuk mengulur waktu mereka agar tak bertemu dengan Killer Angel's secepat itu.

Sejujurnya, Aldo sendiri tak tahu konflik yang terjadi antara generasi emas dengan Killer Angel's. Tadi siang, Aldo menerima panggilan dari Feni, menyuruhnya agar generasi emas tidak pergi mencari mereka bertiga.

Aldo bukan orang pemikir. Satu-satunya cara yang menurutnya berhasil adalah dengan cara mengorbankan Flora. Kendati tak ingin Flora mati sia-sia, Aldo ingin membuat permainan bersama saudari-saudarinya. Berharap sesudah Aldo melaporkan pada enam saudarinya itu tentang Flora, mereka akan datang bersama-sama ketempat ini.

"Buruan!" Perintah Aldo yang tak ingin menjelaskan rencana lebih detail pada adik-adiknya. Mereka berdua berjalan lebih dulu, meninggalkan Aldo yang masih memapah Flora.

"Gendong, ya?" Tawar Aldo pada Flora. Masih ada sekitar enam lantai yang harus mereka turunin. Dengan kecepatan yang seperti ini, bisa saja saudari Aldo akan tiba sebelum mereka sempat kabur dari gedung.

Flora menggelengkan kepalanya, enggan digendong dan diselamatkan oleh Aldo. "Aku bisa jalan sendiri!" Tekad Flora keras kepala. Ia melepaskan tangannya dari tumpuan Aldo dan mencoba berjalan dengan kakinya yang masih terluka.

"Agh!" Flora terjatuh, lututnya kembali berdarah karena mencium lantai semen yang belum dikeramik.

"Ngeyel, sih." Aldo bergegas menolong Flora, kembali memapahnya lalu mengangkat tubuh kecil Flora dengan ringan. Aldo sedikit berlari, menuruni setiap anak tangga lalu sampai dilantai dasar.

Kalian tahu? Sello dan Raizan sudah tumbang duluan. Oleh siapa? Oleh Freya dan Olla. Bermodal tangan kosong, dua perempuan itu mengalahkan adik mereka sendiri begitu cepat.

Mata Freya berbinar melihat Flora. Perih hatinya memperhatikan sekujur tubuh Flora terluka parah digendong oleh Aldo.

"Dibayar berapa lo sama Feni?" Tanya Olla sembari mengusap tangannya yang ternodai oleh darah Raizan. Ia berjalan mendekat, menatap wajah Aldo dengan galak lalu menunduk untuk menatap wajah Flora yang masih ada ditangan Aldo.

PENGASUHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang