36

1.3K 158 17
                                    

Kathrina dan Gita

*

"Pa, Gita pulang."

Gita membuka pintu rumahnya, masuk ke dalam dan mencari keberadaan Anton yang tak terlihat di ruang tengah. Kathrina berjalan di belakang Gita, melirik ke sekitar ruangan di rumah mencari keberadaan sang pemilik rumah yang tak kunjung mereka temui di penghujung rumah.

"Lagi keluar kayaknya," ucap Kathrina setelah pencarian mereka berhenti. Gita mengangguk kecil lalu berjalan kembali menuju kamarnya.

"Taruh aja box nya di kamar kerja papa," titah Gita seraya terus berjalan meninggalkan Kathrina.

"Siap ibu negara," balas Kathrina lalu kembali mengangkat box itu dan berjalan menaiki tangan lantai dua, menuju kamar kerja milik Anton Samuel yang terletak di sana.

Beruntung, pintu nya tidak terkunci membuat Kathrina bisa langsung masuk tanpa harus meletakkan box itu terlebih dahulu di lantai. Kathrina melenggang masuk, menaruh kotak itu di atas meja kerja Anton. Baru saja ia hendak keluar, manik mata Kathrina tiba-tiba terkunci pada suatu kertas yang berisikan sebuah nama dan nomor seseorang.

Chika - 08xx-xxx - xxxx - xx

Kathrina mengerutkan keningnya, merasa familiar dengan nama dan nomor yang tertera di kertas, membuat ia jadi mematung sebentar melihatnya.

"Kayak tahu," gumam Kathrina. Tangan Kathrina terasa gatal, ia pun menggeser beberapa kertas yang ada di meja Anton hingga menemukan sebuah foto di tumpukan itu.

"Foto Flora?" Gumam Kathrina lagi. Layaknya teka-teki, Kathrina terus menggeser kertas lainnya guna mencari sesuatu yang mungkin bisa menjawab rasa penasarannya. Kathrina tahu, perbuatan yang ia lakukan ini sudah melebihi batas dan tidak sopan sebagai seorang penjaga. Tapi rasa penasarannya begitu memuncak, terlebih sekarang ia sudah menemukan dua buah foto perempuan yang tercoret dengan pena merah.

"Anaknya Ragustiro?"

"Kamu ngapain di sini?"

Kathrina terkejut, kedua foto yang ia pegang terjatuh di lantai membuat Gita bisa melihat apa yang sedang di lakukan oleh Kathrina. "Ruang kerja papa ada di sebelah, ini ruang belajar aku," sambung Gita sembari mendekat.

Bagaimana bisa Kathrina tahu kalau ini adalah ruang belajar?! Bentuk nya saja persis seperti ruang kerja orang dewasa.

"O- oh, aku kira ini ruang kerja papa kamu," jawab Kathrina sedikit terbata, takut kalau Gita mengetahui kalau dirinya sempat mengutak-atik meja belajarnya.

Gita tetap mendekat, wajahnya mendongak menatap Kathrina dengan seksama. "Kamu bohong," tuduh Gita dengan ekspresi datarnya. Kathrina menggeleng pelan, membantah tuduhan Gita dengan lembut. "Aku ga bohong, sayang."

Jantung Kathrina yang sempat berdetak kencang perlahan mulai normal kembali. Ia sudah bisa mengatasi ketakutannya pada Gita yang bisa mendominasi dirinya sendiri. Kathrina, dengan lembut mengusap pucuk kepala Gita dan membelainya hingga ke ujung rambutnya. "Percaya sama aku, ya?"

"Kenapa kata-kata kamu seakan menutupi sesuatu?" Gita memicingkan matanya, kembali mengintrogasi Kathrina yang ia sangka telah melakukan sesuatu yang tidak ia ketahui. Kathrina kembali menggeleng pelan lalu mengecup kening Gita sekilas. "Aku ga nutupin apapun, bahkan badan aku aja ga akan aku tutupin kalau kamu mau," goda Kathrina sambil menyeringai kecil.

"Cabul," caci Gita yang malah membuat senyuman Kathrina semakin lebar. "Iya, aku cabul buat kamu," balas Kathrina.

"Jangan macem-macem, besok aku ujian." Gita mendorong tubuhnya dari tubuh Kathrina, ingin membuat jarak namun Kathrina langsung menarik pinggul Gita dan memeluk sang empu dengan erat.

PENGASUHWhere stories live. Discover now