58

1.3K 182 38
                                    

In The Star

-----

Tiga tahun berlalu, keadaan kota kembali normal kembali. Masih sama, tak banyak yang berubah semenjak terjadinya ledakan akademi fisik Melody alias pusat organisasi pembunuh bayaran.

Masih sama. Organisasi cabang pun mulai bergerak kembali ketika kepolisian mulai mengendurkan penjagaan kriminal kota karena sudah tak ada lagi keluarga besar yang menyokong.

Masih sama. Banyak keluarga-keluarga besar yang masih menyewa jasa pembunuhan, menyingkirkan saingan mereka dengan cara yang kotor agar mereka bisa naik.

Disudut kota yang gelap dan kotor, seorang laki-laki menjatuhkan putung rokoknya ke tanah dan menginjaknya menyatu dengan tanah. Kepalanya terangkat, bibirnya tersenyum ketika netra hitam miliknya beradu dengan empat perempuan yang baru saja berkelahi dengan anak buahnya.

"Lama ga ketemu, Kak."

"Oniel, jadi Pak Boss, ya, sekarang?" Shani bertanya dengan senyum bangga meski ada banyak luka disekujur tubuh. Ia melonggarkan penjagaan, menatap laki-laki yang hampir pernah ia bunuh itu dengan rasa rindu yang besar. "Cocok, Niel."

"Gagah gitu, bro," puji Gracia yang berdiri disebelah Shani, juga menatap Oniel dengan bangga karena teman minumnya dulu sudah menjadi seorang ketua cabang organisasi.

Feni ikut mengangguk. Perempuan dengan rambut hitam panjang itu tersenyum lebar menatap Oniel dari ujung kepala hingga kaki. "ATM berjalan kita udah gede, ya."

"Niel." Perempuan terakhir yang berbicara, adik bungsu dari Killer Angel's yang selama ini tak pernah diketahui. "Keren," puji Indah sambil tersenyum.

Oniel, laki-laki berjas hitam yang sudah berpangkat menjadi ketua cabang itu tersenyum malu. "Makasih, ya." Oniel tersipu, ia menggaruk kepala belakangnya lalu kembali menatap tiga perempuan lainnya yang ada didepan.

"Suruhan Melody, ya?" Tanya Gracia yang dijawab dengan anggukan.

"Kalian udah masuk daftar hitam pusat," papar Oniel. Ia melirik satu persatu kakak seniornya itu, memperhatikan apakah mereka berniat untuk menyerang atau tidak.

Tidak. Mereka berempat sama sekali tak berniat menyerang Oniel.

"Beneran jadi buron, nih." Kini Feni yang bercelatuk. Ia membungkukkan badannya dan menoleh menatap pada Shani. "Shan? Kabur ga?"

"Kayaknya kita harus kabur, sih, kak." Indah menimpali candaan Feni. Senyum bibirnya yang lebar membuat mata Indah ikut tersenyum.

Shani mengangguk. Ia menoleh pada Gracia lalu menaikkan satu alisnya.

"Kok tanya aku? Kamu ketuanya, sayang."

Seketika Oniel menutup mulutnya dengan kedua tangannya, terkejut dengan panggilan Gracia pada Shani barusan. "Kalian? Balikan?!"

Kedua perempuan itu mengangguk. Tersenyum malu lalu mengalihkan topik pembicaraan kembali ke awal. "Jadi, kita mau kabur?"

Ketiga adik Shani mengangguk menjawabnya. Tak ingin terlibat dengan kehidupan gelap lagi, Killer Angel's serta Indah memutuskan untuk meninggalkan identitas mereka sebagai anggota organisasi.

PENGASUHWhere stories live. Discover now