45

1K 141 25
                                    

Azizi pada Marsha

*

"Ada Marsha, tuh, dikamar." Freya melepaskan pelukannya, menatap Azizi sambil tersenyum membuat mata perempuan yang ia peluk membulat besar sempurna.

"Marsha?" Beo Azizi tak percaya pada Freya. Tangannya perlahan mengendur, mengambil jarak dari Freya lalu mengedarkan pandangannya pada yang lain. "Marsha disini?"

Kathrina yang mengangguk, menyatakan bahwa apa yang dikatakan oleh Freya bukanlah kebohongan. "Aku ketemu Kak Feni— Woy! Kalau orang masih bicara itu jangan ditinggal!"

Kathrina memekik, berteriak kesal karena Azizi belum mendengar habis penjelasannya. Perempuan itu langsung beranjak, meninggalkan ruang tengah dan segera masuk kedalam kamarnya.

Disana, benar seperti kata Freya. Ada Marsha, wanita yang paling Azizi sayang.

Bibir Azizi sontak bergetar, ingin menangis kala melihat Marsha yang sedang mengusap-usap luka dipergelangan kakinya dengan kapas yang sudah diberikan obat.

"Sha," panggil Azizi dengan suara bergetar. Pelupuk matanya berair, tak sanggup membendung betapa senangnya Azizi melihat Marsha berada dihadapannya.

"Kak? Kak Zee?" Marsha menyipitkan matanya, sedikit buram pandangannya melihat seseorang yang ada dihadapan. Karena luka bakar di area mata, Marsha jadi kesulitan untuk melihat. Walau tidak buta, luka itu tetap saja akan menjadi hambatan bagi Marsha.

Azizi mengangguk pelan. Kakinya melangkah pelan menuju Marsha dan memeluk kekasihnya itu dengan sangat erat. Tangis Azizi pecah, menumpahkan rasa rindu, rasa khawatir, rasa lega dan rasa sayangnya di tengkuk leher Marsha yang terdapat beberapa luka lecet akibat rantai yang membelenggu dari saat Feni menculiknya.

"Maafin aku, Sha." Azizi melirih, merasa bersalah karena tak bisa menjaga gadisnya itu dengan baik. "Ini semua salah aku! Harusnya aku—"

Bibir Azizi terbungkam, terbungkus oleh bibir Marsha yang basah karena darah. Keduanya diam, menikmati cumbu dari bibir masing-masing yang menempel dengan sempurna itu.

Azizi tersendat, kehabisan napasnya karena berciuman sambil menangis. Membuat Marsha yang ada dihadapannya terkekeh dan menampilkan senyum yang indah Dimata Azizi.

"Kak Zee ga salah apapun, kok," balas Marsha pada perkataan Azizi yang sempat terpotong tadi, "kakak selalu ada buat aku. Buktinya, kakak ada disini kan?"

Kembali, Marsha benar-benar bisa membuai hati Azizi. Air mata Azizi kembali mengalir, hatinya pedih namun juga berbunga disaat yang bersamaan. Masih ada rasa bersalah dibenak Azizi.

"Aku—"

"Jangan ada aku-aku lagi!" Potong Marsha yang tahu kalau Azizi hendak menyalahkan dirinya kembali. Padahal, semua yang terjadi saat ini bukanlah kesalahan Azizi. Bukan juga karena Feni.

Feni justru menyelamatkan Marsha. Jika saat kebakaran itu Marsha tidak dibawa keluar dan diculik, mungkin saat ini Marsha sudah mati terpanggang bersama Ian Davidra di restoran sushi milik mama Ashel.

"Kak Zee, kamu gapapa 'kan?" Tanya Marsha balik sambil menyatukan kedua tangan mereka, menggenggam dengan erat satu sama lain.

"Justru, harusnya aku yang tanya begitu sama kamu, Sha." Azizi membalikkan pertanyaan Marsha, membuat sang empu kembali terkekeh dan merentangkan kedua tangannya.

PENGASUHWhere stories live. Discover now