56

1.1K 151 29
                                    

Shani dan Adel

---

Beberapa waktu lalu, Azizi, Adel, dan Kathrina sampai disekolah. Mereka bertiga bergegas keluar dari mobil berlari masuk kedalam sekolah, melompat gerbang yang tinggi itu karena telah dikunci.

Dipertengahan jalan, Azizi memisahkan dirinya dari Adel dan Kathrina, pergi menuju gudang olahraga yang berada di arah barat jalur utama.

Adel bersama Kathrina terus berlari, masuk ke lobby utama menuju lapangan tengah sekolah.

Langkah Adel terhenti kala melihat seorang laki-laki berdiri disana, bersama Ashel yang tak sadarkan diri berada dipelukan laki-laki itu.

"ASHEL!"

Kathrina memalingkan wajahnya kebelakang, melihat Adel yang sudah tak mengikutinya lagi melainkan berlari ketengah lapangan, menghampiri Ashel yang ada digendongan Tara.

Firasat Kathrina tentang adanya Gita disini semakin kuat. Ia kembali menolehkan kepalanya kedepan, berlari meninggalkan Adel yang kini sudah berhadapan dengan Tara.

Laki-laki bermata satu, menggendong tubuh lemas Ashel dalam pelukannya sambil tersenyum menatap Adel.

"Lepasin!" Rahang Adel mengeras, ia kembali melangkah mendekat, mencoba mengintimidasi Tara yang sepertinya sama sekali tak takut dengan Adel.

"Lawan kamu bukan dia."

Seorang perempuan dengan wajah datar datang dari belakang, memegang pundak Adel lalu mendekatkan wajahnya pada telinga gadis itu. "Kalahin aku."

Tanpa pikir panjang, sikut Adel terangkat kebelakang hendak memukul wajah cantik milik Shani. Tapi dengan gesitnya, Shani dapat menahannya begitu mudah.

"Peraturan pertama dalam bertarung, Del, jangan emosi."

Napas Adel menderu. Amarah sudah memupuk diotaknya. Tak lagi memikirkan strategi, Adel menyerang menggebu-gebu. Tentunya dengan gerakan tanpa pikir itu Shani bisa menangkisnya dengan gampang. Semua gerakan Adel terbaca oleh Shani. Dua tahun lebih Shani membesarkan Adel, tentu saja segala serangan yang dilancarkan anak itu bisa Shani ketahui.

"Peraturan kedua dalam bertarung, jangan  menyerang saat pertahanan kamu melemah." Tangan Shani melesat, memukul leher Adel dengan kuat hingga gadis itu kehilangan keseimbangannya. Sempat Adel rasakan pusing yang begitu dahsyat namun bisa ia tangani.

Bak anak kemarin sore, Adel merasa tak berdaya dengan Shani. Perempuan itu terlalu kuat baginya. Satu kaki Shani terangkat tinggi, menjulang diudara lalu mendarat dengan cepat menuju pucuk kepala Adel.

"Yang ketiga—"

"Harus ada niat membunuh saat bertarung," sela Adel seraya menahan kaki Shani, "bukan bertarung namanya kalau tak ada yang terbunuh." Adel menarik napasnya dalam-dalam lalu menghembusnya dengan perlahan. Dihempaskan Nya kaki Shani lalu menoleh kebelakang, menatap Tara dan Ashel sebentar.

Adel memejamkan mata. Kakinya menumpu tubuhnya lalu berdiri perlahan. "Mulai hari ini, aku, Radipatrinia Adel Fajira ..., memutuskan hubungan dengan organisasi."

Sontak Shani serta Tara mengerutkan kening mereka. Tak paham apa yang ada dipikiran anak itu. Bisa-bisanya ia mengatakan hal seperti itu di situasi saat ini.

PENGASUHWhere stories live. Discover now