9

2.6K 231 13
                                    

Teman

*

"Liat tuh!" Eli membuka suaranya, membuat atensi Muthe dan Gita beralih pada tiga orang yang baru masuk ke area kantin. "Jalannya sok banget," imbuhnya

"Cuma jalan doang," sanggah Gita, tak tertarik dengan orang yang sedang Eli bicarakan. "Harus ya? Pantatnya di naik-naikin," sambung Muthe, ikut bergosip dengan Eli.

"Woy, Ashel! Pantat lo kurang nungging!" Seru Eli, membuat pandangan seluruh kantin menuju padanya lalu berganti pada Ashel yang sedang mengantri di stand kantin. "Gue lempar jarum, meledak tu balon!" Sambung Muthe sambil tertawa.

"Duh, kenapa manggil-manggil aja deh, kamu kalah– montok?" Sahut Ashel sembari memutar badannya, kembali pada kegiatannya yang sempat terhenti karena seruan Eli dan Muthe.

"Dih," sambar Eli dan Muthe. Mereka hendak membalasnya, namun tangan Gita yang sedikit terangkat, membuat mereka mengurungkan niat itu. "Udah, diem."

Keduanya menurut, kembali fokus pada nampan makanan yang ada di hadapan mereka. Kathrina yang berdiri di belakang, mengerutkan keningnya, heran dengan yang baru saja terjadi tadi.

"Mereka ga akrab?" Batin Kathrina.

Matanya kini beralih pada tiga gadis tadi, hanya ada dua yang ia kenal di antara mereka. Perempuan yang di panggil Eli tadi, Ashel. yang satu lagi adalah anak menteri, Marsha. Dan yang satu lagi, Kathrina tidak mengenalnya. Namun, satu hal yang pasti, perempuan itu pastilah dari keluarga yang terpandang.

Beralih pada meja tiga sekawan itu, Ashel menyendok makanannya dan menyuapkannya pada Marsha. "Enak, meng?" Marsha mengangguk seraya mengunyah.

"Kamu ga makan, Cel?" Tanya Flora.

"Kenyang,"

"Makan apa?"

"Adel," jawabnya sambil tersenyum malu. Flora menghela napas, lalu melahap makanannya.

"Siang nanti aku pulang sama kamu ya, meng?" pinta Flora. Marsha mengangguk sembari menerima suapan dari Ashel.

"Pacar kamu kemana?" Tanya Ashel, penasaran karna biasanya Flora selalu di jemput oleh pacarnya. "Keluar kota," papar Flora dengan nada jengkel.

"Pacar kamu kerja?"

Flora mengangguk. "Padahal kamu kaya raya gini, kenapa dia harus kerja?" Kilah Marsha.

Flora diam, tak menjawab pertanyaan Marsha yang ia rasa memang tak perlu di jawab.

"Pacar kamu gimana, meng?"

-

Freya memberhentikan mobilnya, lalu menoleh pada temannya yang memegang buket bunga mawar di tangannya. "Udah semua?" Tanya Freya.

Perempuan itu mengangguk, lalu bergegas keluar dari mobil. Matanya mendelik, memperhatikan betapa sepi nya tempat ini.

"Sepi, Fre–"

Freya mengangguk. "Namanya juga kuburan," Timpalnya lalu berjalan masuk ke area pemakaman.

Mereka berjalan beriringan, melintasi jalan setapak di antara kuburan-kuburan yang telah di tumbuhi rerumputan.

PENGASUHWhere stories live. Discover now