41

1.2K 154 8
                                    

Penyelamatan

*

"Masuk!" Raizan didorong masuk ke dalam sel dengan paksa, membuat tubuhnya yang lemas sedikit terhempas dan terbentur dinding sel yang tidak terlalu luas ini. Ia sendirian disana, menunggu surat sidang dan penahannya sendiri di dalam sel kecil.

Satu jam Raizan terduduk di dalam sana dengan tangan yang terborgol, tiba-tiba penjaga yang berjaga di depan berteriak dan hening seketika.

Raizan mengangkat kepalanya, hendak mengintip ada gerangan apa yang telah terjadi. Seorang laki-laki bertubuh besar yang sangat Raizan kenal masuk, tersenyum padanya lalu melemparkan kunci sel pada Raizan.

"Buka sendiri!" Titahnya sembari menunggu Raizan mengambil kunci yang ia lemparkan tadi dan membuka pintu sel miliknya.

"Sendiri, bang?" Tanya Raizan setelah keluar dari selnya, melihat sekitaran yang tak ada siapapun kecuali Aldo dan dirinya.

Aldo menggeleng, ia menepuk punggung Raizan dan membawanya ke depan kantor polisi yang sudah rata karena seorang perempuan. Bermodal pisau lipat, Azizi mengalahkan empat polisi yang sedang berjaga di depan.

"Lo ada ketemu Adel?" Tanya Azizi pada Raizan, mencoba mencari tahu apakah dirinya melihat Adel di sel yang sama atau tidak. Raizan menggeleng, ia baru saja tiba di kantor polisi ini satu jam yang lalu dan tak menemukan bahwa Adel berada di kantor penahanan yang sama.

"Ga ada, kak."

Azizi mendengus kesal, di ambilnya kunci mobil yang ada di kantong polisi yang tumbang dan langsung bergegas keluar. Aldo menggerakkan kepalanya, menyuruh Raizan untuk mengikuti Azizi keluar sementara ia tetap berada di kantor ini, mencari data yang bisa menjadi petunjuk dimana kakaknya ditahan.

Si bungsu menurut, ia melenggang keluar menyusul Azizi dan langsung masuk ke dalam mobil polisi yang Azizi curi diparkiran. Ia menatap Azizi, meminta penjelasan dengan rencananya. "Kenapa tiba-tiba?" Tanya Raizan penasaran kenapa Azizi membebaskan dirinya dan Adel. Padahal dalam persepakatan organisasi mereka, tidak ada satupun yang boleh membebas paksakan rekan jika tertangkap.

"Gue butuh Adel. Tapi kebetulan aja dapet lo aja," urai Azizi yang fokus dengan jalanan malam yang ramai.

"Kenapa butuh kak Adel?" Bawel Raizan yang masih penasaran membuat Azizi mengerutkan keningnya dengan kesal karena Raizan banyak tanya.

Azizi diam, mengeratkan tangannya dikemudi lalu menyalakan sirine polisi agar pengemudi lainnya memberikan jalan untuknya.

"Rai! Apapun yang terjadi, lo harus korbanin nyawa lo buat Adel!"

-

Kathrina masih menatap punggung Gita yang berada di balkon, menatap sinar bulan yang perlahan mulai tertutup dengan awan.

Sunyi, hanya ada suara angin yang terdengar kencang menerbangkan rambut-rambut Gita yang panjang.

Kathrina masih tenggelam pada pemandangannya, merasa takjub betapa sempurnanya ciptaan Tuhan yang satu ini.

Sudah dua jam Gita diluar, tak melakukan apapun kecuali menatap bulan. Oh, Gita sempat melakukan panggilan dengan ponselnya, tapi Kathrina tidak tahu siapa yang ia hubungi.

Ini sudah terlalu larut, Kathrina hendak keluar dan meminta Gita untuk tidur sekarang juga.

Mata Kathrina membelalakkan, terkejut kala melihat darah mengalir dari perut Gita.

PENGASUHWhere stories live. Discover now