37

1.3K 141 15
                                    

Lambat laun

*

"Lama ga jumpa, Olla dan Azizi," sapa Feni seraya tersenyum lebar pada dua anak didiknya dahulu yang baru saja tiba di suatu cafe. "Udah cocok jadi Bu Boss cabang, nih."

Olla hanya nyengir kuda menanggapinya, sedang Azizi tetap memasang muka datarnya seperti biasa. "Tumben banget kalian manggil aku? Ada mau 'kan?" Terka Feni yang memang benar adanya.

Entah kenapa semua orang organisasi ini selalu saja menghubungi Feni saat membutuhkan keahliannya, dasar.

"Kakak pasti udah baca berita 'kan?" Tanya Olla sembari menyodorkan ponselnya yang menampilkan berita tentang penangkapan Adel yang membabi buta di kantor polisi.

Netra Azizi kini menatap Feni. "Kami minta bantuan kakak—"

"Itu ulah aku," potong Feni masih dengan senyum nya yang lebar.

"Hah?" Azizi dan Olla serentak kebingungan, penuh tanda tanya kenapa Feni melakukan hal yang membuat Adel di tangkap.

"Lebih tepatnya, aku nyuruh anak buah Indah buat ngebantai Ragustiro. Hadirnya Adel di situ, itu di luar ekspektasi aku," jelas Feni lagi.

"Kenapa—"

"Kenapa, ya? Gabut mungkin," jawab Feni main-main yang membuat darah Azizi jadi mendidih. "Simpel nya gini, Zee. Orang lain yang berbuat demikian dan aku memodifikasi nya. Kalian tahu 'kan, itu keahlian aku?"

Azizi menggerak-gerakkan giginya. Feni sedari dulu memang selalu bisa memancing emosi seseorang. Padahal dahulu Azizi lah yang selalu membuat Feni naik darah. "Apa lagi yang kakak modifikasi?"

"Mmh. . Let me see! Kebakaran Resto istri Ragustiro, pembantaian keluarga Ragustiro, dan. . Hilangnya Marshalina Putri Ragustiro."

Azizi berdiri, melewati meja yang menghalangi mereka berdua. Tangannya dengan kuat mencengkram kerah baju Feni hingga membuatnya tercekik dan mau tak mau harus bertatap wajah dengan wajah Azizi yang terlihat sangat marah.

Olla menghela napasnya lalu menepuk punggung Azizi, memintanya untuk melepaskan tangannya dari Feni. "Lepas, Zee. Harusnya gue ngajak Fiony aja tadi," keluh Olla yang seakan sudah meramal bahwa hal ini akan terjadi.

"Azizi, Azizi, Azizi," panggil Feni beruntun dengan seringainya yang lebar, tak peduli dengan tangan Azizi yang satunya lagi sudah mengepal dengan erat, siap memukul wajah Feni kapan saja. "Tenang aja, Marsha aman kok sama aku," sambung Feni seraya mendorong tubuh Azizi dengan kuat, membuat cengkraman nya terlepas dari kerah baju Feni.

"Kayaknya kita ga bisa negosiasi kali ini. Kita berjalan di jalan yang berbeda, Zee." Feni lalu berjalan pergi, meninggalkan Azizi dan Olla yang masih berada di meja cafe dengan emosi mereka yang tak bisa mereka keluarkan.

"Untung aja senior," cercah Olla yang sebenarnya tak kalah kesal dengan Azizi.

"Gue mau ketemu Aldo," ucap Azizi sekilas lalu ikut pergi meninggalkan Olla.

"Yee, si bangsat main ninggalin aja."

Baru saja Olla hendak berdiri, tiba-tiba seorang pelayan datang membawa tiga jenis minuman yang sudah Feni pesankan sebelumnya. "Kak, pesanan nya," sela pelayan itu menghentikan Olla yang hendak pergi.

PENGASUHWhere stories live. Discover now