2. Tantangan

1.2M 79.4K 11.3K
                                    

"Minggir!"

"Nggak."

"Minggir lo!"

"Nggak."

"Ish, minggir!"

"Nggak."

"Lo tuh kenapa sih?! Minggir sana!"

"Dan ngebiarin lo pergi gitu aja setelah gue capek-capek gendong lo ke sini? Gila aja gue."

"Tuh nyadar kalau lo gila. Siapa suruh gendong gue ke sini."

Setelah kejadian tadi, Galaksi mengajaknya masuk ke dalam kelas cowok itu yang tentunya sudah ramai oleh murid-murid penghuni kelas. Galaksi berada di pintu, sengaja menutup pintu kelasnya rapat-rapat dan bersender di sana dengan kedua tangan terlipat di depan dada dan tatapan lurus ke Kejora yang menantang mata hitamnya balik.

"Sumpah mau taroh di mana muka gue. Malu banget," kata Kejora mengusap wajahnya namun Galaksi masih diam di depannya. Sepertinya cowok itu mulai menyimpan dendam untuknya karena dari cara pandangnya, cowok itu menunjukkan tatapan datar untuknya.

Galaksi menangkat sebelah alisnya. "Terus gue harus peduli?"

"Ini semua gara-gara lo tau gak! Minggir sana. Gue mau ke kelas."

"Nggak."

"Lo tuh kenapa sih?! Nggak-nggak mulu."

"Setelah lo bilang gue cupu tadi, lo masih berharap gue ngasih lo pergi gitu aja?"

Kejora diam. Antara kesal setengah mati pada Galaksi dan malu pada teman-teman sekelas Galaksi yang tampak diam memperhatikan mereka berdua.

"Okay fine!" Kejora menarik dan mengembuskan napasnya. "Lo mau apa hah?"

"Gue nggak minta apa-apa," jawab Galaksi jelas terdengar biasa saja, seolah dia tidak bersalah atas kejadian tadi yang membuat wajah Kejora tertekuk kesal. Ingatkan dia bahwa ia masih di dalam kelas orang. Bukan kelasnya sendiri yang ada di gedung belakang sekolah. Fakta itu membuatnya tidak bebas. Ditambah lagi tatapan mata teman-teman sekelas Galaksi yang kepengin tau alias kepo padanya dan Galaksi.

"Ya udah kalau gitu lo minggir," Kejora menyingkir ke sebelah kiri untuk membuka paksa pintu kelas cokelat itu namun Galaksi mengulurkan tangannya ke samping, mencegah Kejora melakukan itu. Akhirnya Kejora beralih ke sebelah kanan namun lagi-lagi Galaksi melakukan hal yang sama, menghalanginya. Suara gedoran dan panggilan nama mereka pun tidak dihiraukan Galaksi.

"Lo harus minta maaf dulu."

"Gue," kata Kejora sambil menunjuk dirinya sendiri. "Minta maaf sama lo? Ogah banget!"

"Ya kalau gitu sampe pulang lo bakalan diem di sini."

Sabar Kejora. Sabar. Ntar juga pasti ada guru dateng terus lo bebas dari dia.

"Nggak lucu tau gak sih. Minggir."

"Yang bilang lucu siapa?"

"Minggir kenapa sih. Lama banget tinggal minggir doang."

"LAK! GALAK! Jangan nyekep anak gadis di dalem Lak!" suara Nyong dan gedoran pintu kelas masih terdengar. "Ntar kalau udah sah aja Lak! Lak-Lak!"

"Buka gak cepetan," geram Kejora.

"Lak, istighfar Lak! Setan mana yang ngerasukin lo pagi-pagi gini? Sini biar gue usir," kata Oji dari luar kelas.

"Eh anjing. Ditabok Galak baru tau rasa lo," kata Bams.

Seperti baru tersadar Oji langsung berhenti menggedor pintu kelasnya. "Oh ya. Ntar gue pulang tinggal nama doang. Bisa nangis orangtua gue di rumah."

GALAKSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang