42. Sirosis Hepatomegali (1) [REPOST]

364K 25.1K 2.5K
                                    

42

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

42.1 Sirosis Hepatomegali

"Galaksi?"

"Iya ini Galaksi, Tante." Suara Galaksi membuat wajah lelah yang ada di hadapannya langsung berseri-seri—seperti baru menemukan sumber kebahagiaannya. Wanita yang sedang menatap ke depan itu tidak juga menatap ke arahnya. Buta. Fungsi dari indera pengelihatannya tidak berjalan. Hidup dalam kegelapan pasti sangat mengerikan. Galaksi bahkan tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada hidupnya kalau ia seperti itu.

Galaksi rindu kahangatan dan canda tawa di rumah ini. Galaksi kangen pada orang yang telah mengasuhnya sejak ia kecil. Sejak orangtuanya selalu membangga-banggakan Nova—membeda-bedakannya dengan Nova, Galaksi hanya bisa lari ke sini. Tinggal dan menghabiskan waktu dengan Tantenya, Zahra. Pelarian.

"Kenapa kamu dateng malem-malem, Gal?" Galaksi salim tangan padanya, mencium dengan seluruh perasaan tangan Tantenya, menciptakan perasaan haru seperti seorang Ibu yang baru saja dikunjungi anaknya setelah bertahun-tahun tidak pernah bertemu. Galaksi duduk di sebelahnya, tidak melepas pandangan dari Tantenya ini. Rasa bersalah yang sudah menumpuk kembali menimbun Galaksi.

"Tante tau dari mana kalau ini malem?"

"Tadi Natasya ngajakin sholat magrib bareng."

Setelah itu hening antara mereka saat nama Natasya disebut. Galaksi membenarkan duduknya di tempat tidur yang ada di dalam kamar luas ini. Warna putih pada dinding mengingatkan Galaksi tentang warna kesukaan Tantenya ini. Cerah. Bersinar. Namun tidak pada pengelihatannya.

"Kamu pasti ada masalah sama Papa kamu lagi ya makanya dateng malem-malem kaya gini?" tebakan Zahra seratus persen benar. Galaksi hanya diam membuat wanita itu membuang napas heran. Ia menghela jarak dan duduk dekat Galaksi sambil menyentuh pipi Galaksi dengan tangannya tapi Galaksi langsung menurunkan tangan itu dari wajahnya. Bukan tidak mau menerima hanya saja dia tidak mau Tantenya ini tahu kalau wajahnya sedang luka. Galaksi tidak berniat mengobatinya. Sejak pergi dari rumahnya, yang langsung terlintas di pikirannya hanya rumah ini.

"Galaksi?"

"Ya Tante?"

"Kenapa?"

Galaksi memalingkan wajahnya. Tidak bisa menyebutkan apa masalahnya pada Tantenya ini. Biar saja Galaksi yang menyimpan masalahnya sendiri. Ia tidak mau membebani Tantenya ini lagi. Galaksi menghela napas melihatnya seakan tidak berdaya kalau hidup sendirian.

"Gak pa-pa Tante."

"Galaksi mau nginep di sini boleh Tante?"

"Boleh. Kamu selalu diterima di sini. Kamu udah kaya anak Tante. Jangan sungkan." Tante Zahra mengucapkan itu membuat Galaksi bersyukur diam-diam dalam hatinya karena masih ada yang mau menerimanya ketika sudah tahu bagaimana watak serta segala sepak terjang Galaksi selama ini. Bandel, suka ribut dengan teman-temannya, tidak pernah hormat dengan orangtua dan juga tukang bolos. Hanya Tantenya ini yang selalu mengerti Galaksi.

GALAKSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang