Puisi: Akhirnya

447 6 0
                                    

Tulisan-tulisan ini masih tentang rembulan.
Sosok yang telah lama menghuni kosongnya semesta kala senja meredup.
Tulisan-tulisan ini masih tentang gemintang.
Yang tengah tertawa pada tangis anak dara,
Yang terjerat, tersayat animo sesaat para pemburu.

Kudengar mereka berbicara mengenai jalanan panjang tak berujung.
Merangkai banyak asa, 'tuk dapat pulang ke rumah.
Namun menipu diri sendiri,
Dengan membawa kesedihan yang masih menawan rindu.

Tidak,
Tidak ada yang akan baik-baik saja, sebelum kau kembalikan pusaka itu pada tempatnya.
Tidak,
Jangan biarkan pusaka itu melenggang terlalu jauh.
Tidak,
Jangan lagi ada korban (berikutnya).

Namun lagi, bungkamku takkan pernah mampu menyentuh nalarmu.
Karna buku itu masih terbuka,
Dengan untaian kata yang kini membawamu kembali.

Kisah perjuangan itu telah sampai pada akhirnya.
Anak dara itu berhasil melepaskan diri,
Jauh sebelum sang pemburu menghunus jantungnya.
Luka sayatan itu memang (sempat) membuatnya meringgis, merintih kesakitan.
Namun tak mengapa daripada nyawa taruhannya.

Kini, anak dara itu kembali mengudara.
Tanpa perlu khawatir pada cuaca yang sewaktu-waktu berubah.
Karna ia mampu 'tuk temukan jalan pulangnya sendiri,
Namun bukan bersama para pemburu itu.

Dan aku di sini,
Tersenyum pada cerita yang baru saja selesai.
Tanpa menyadari bahwa
Malam 'tlah ditelan oleh hangatnya fajar yang menyingsing.

•6 Januari 2019

Antologi Cerpen Dan PuisiWhere stories live. Discover now