Puisi: Jingga Hitam

389 5 0
                                    

Langitku kuning-kemuning,
Biaskan cahaya indah di pelupuk mata.
Langitku cerah tak terhalang awan gelap,
Mengukir senyum yang tiada habisnya.

Derap langkah kita berjalan seirama
Bagai dentuman bass yang tiada berhenti,
Ikut menghantam degupan jantung kita,
Yang berjalan dalam sunyi.

Kita terbuai dan hanyut
Pada eloknya mentari yang mulai lelah menemani langkah kita,
Terperangkap pada manisnya atmosfer yang tercipta,
Dua pasang mata yang tengah dimabuk cinta.

Semilir angin kian berhembus kencang
Seiring langkah kita mendekat bibir pantai.
Deburan ombak berlomba menyapa,
Dua insan yang saling menatap.

Berbagai janji dan angan tersusun rapi tak tersentuh pada sebuah kotak hitam.
Tak ada, tak ada yang mampu membukanya.
Mereka mati dengan sempurna pada manisnya bayangan semu,
Fatamorgana yang nyata.

Dan lagi,
Langitku kuning-kemuning,
Sisakan air mata yang telah mengering.
Langitku kuning-kemuning,
Biarkan lidah api menyala-nyala Membakar habis seluruh kenangan,
Sadarkan kembali ingatanku pada perjuangan panjang yang melelahkan,
Ketika cinta berubah jadi benci.

Dan sekiranya,
Waktu tak dapat diulur kembali.
Kenanganku telah mati
Pada bibir pantai yang tersenyum puas,
Kala senja dengan sempurna hadirkan temaram.

-3 Februari 2019

Antologi Cerpen Dan PuisiWhere stories live. Discover now