Puisi: Biar Satu

106 4 0
                                    

Ucapku habis ditelan pikir, karsaku lenyap, hanyut dibawa tangis.
Aku ini tubuh 'tak bernyawa, penonton bayaran yang hampir mati, dibunuh para penjarah rindu:
Yang tahu-tahunya hilang begitu saja,
Dan jejaknya 'tak nampak di manapun.

Aku ini mata air panas, yang kau percaya dapat menyembuhkanmu:
Ujung kepala hingga kaki.
Aku ini aku, yang selalu kau peluk dalam doa,
Jauh sebelum tatapmu buta karena adu domba.

Bagimu aku kini tak ayal perempuan geladak,
Yang patah diksinya, namun memaksa 'tuk menyusun aksara,
Yang membubuhkan rindu pada setiap kata
Namun kini tak berarti apa-apa, biar satu.

Kota Hujan, 4 November 2019


Antologi Cerpen Dan PuisiWhere stories live. Discover now