Puisi: Aquarius

111 4 1
                                    

Di bibir mata, awan arkus memberi pertanda,
Namun setiap jiwa enggan beranjak dari peraduannya.
Satu per satu tanda dilihat si buta, namun pikirnya mengawang.
Tak lekang di bibir, tak lekang di hati: nama yang putih abu kerap menyita malamnya.

Di bibir mata, awan arkus memberi pertanda,
Namun setiap jiwa masih enggan beranjak dari peraduannya.
Sedang si buta kini t'lah menjelma debu embus.
Tiada lagi tanda yang mampu dilihatnya.

Sang penuang air akhirnya mengambil alih.
Mati tidak akan menyesal, luka tidak akan menyiuk.
Teratak si buta hancur, diterjang badai guntur.
Mata-mata petir seakan memecah awan, bentala basah karena hujan
Dan setiap jiwa yang membuat awan sebagai rumahnya diliputi kesedihan.

Kota Hujan, 8 Desember 2019

Antologi Cerpen Dan PuisiWhere stories live. Discover now