Puisi: Potret Sang Ibu

364 7 0
                                    

Baru saja terjadi pagi tadi,
Kala sang surya hendak bangkit dari tidurnya, namun bayang sang malam masih menghantui.
Melalui cangkir yang kosong, kugemakan manisnya nostalgia,
Pada sebuah pigura tua yang menatap manis padaku.

Penglihatanku samar, hampir-hampir buta.
Dua orang wanita sedang duduk bersama
Suasananya begitu manis, hingga rasanya kelu 'tuk bersua.
Telingaku tak dapat mendengar, namun bayangmu bertelepati dalam denyut jantungku,
Kisahkan kisahmu yang telah usai termakan waktu.

Dalam benakmu semuanya putih abu-abu,
Begitu pula pada seragam yang tengah kau kenakan.
Karibmu sibuk merias sambil mengoceh, berawas-awas memasangkan konde,
Kalau saja ia terjatuh dan gelak tawa 'kan menggema di pelosok ruangan.

Namun demi waktu yang terus berdetak,
Semakin cekatan mereka memperhatikan segala sesuatu,
Sementara Kau nampak anteng dengan kebaya tua itu,
Hingga akhirnya mereka bersorak atas posemu di atas panggung,
Sebagai duplikat sosok Kartini 80an.

Oh, begitulah putih abu-abu dalam benakmu,
Hingga akhirnya seragam mu bergantikan dengan sebuah kebaya,
Yang kini kulihat pada sebuah pigura tua, yang menatap balik padaku sambil tersenyum.

"Selamat hari Kartini, Ibu...."

Kota Hujan, 21 April 2019

Antologi Cerpen Dan PuisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang