Puisi: Kado Ulang Tahun

217 6 0
                                    

Untuk gadis kecil yang memandang langit sebagai figurnya :
gadis_langit

Langit ... bukan hanya tentang biru atau putih, bukan pula tentang mentari, bulan, ataupun gemintang.
Bukan hanya tentang eloknya yang menawan hatimu.
Ia begitu luas, jauh tak tertandingi.
Bentangannya takkan mampu kau gapai, pantas saja ia berhak melingkupi bumi.

Layaknya seniman, ia akan selalu melukis.
Entah itu berupa awan kelabu yang menghiasi bumi, atau manisnya senja pada bibir pantai.
Mungkin pula kan kau dapati sepia yang menghiasi jalan pulangmu yang sunyi, sepi.

Katamu,
Dengan hanya bermodalkan biru dan putih, ia sudah cukup menawan.
Namun kau biarkan punggungnya terbakar penuh prominensa sang surya : panas, membara.
Sekali-kali pernah kulihat ia bergemuruh, bergetar menahan amarah.
Cambukannya halus namun penuh sengatan, yang kukira sering kau sebut sebagai petir.

Dan bila saja sengatannya dapat terhantar pada kulitmu, agar kau tahu bagaimana rasanya
Menjadi tegar saat pasang baru saja meluluhlantakkan kota kecilmu
Berdoa agar kelak hatimu diberi kesembuhan,
Layaknya pelangi sehabis hujan
Kukira ia akan lebih tegar daripada itu.

Kita hanya tikus-tikus kecil, yang berlari di bawah kemegahan sang langit.
Bersusah payah kita akan mencari, demi remah-remah yang jatuh di pinggir kaki meja.

Namun biar begitu, langit akan selalu menjadi panutanmu.
Keihklasannya akan musim yang berganti, atau cuaca yang tak tentu,
Bahkan mungkin bila Mars hanya akan menjadi bagian dari antariksa
Yang memandang jauh langit sebagai pemikatnya.

Namun lagi, langit akan selalu menjadi panutanmu,
Untuk tetap kokoh menantang prominensa yang hendak menyakiti bumi.

Dan sekiranya pula hatimu belajar dari sang langit,
Untuk tetap tegar dan mengikhlaskan apa yang memang harus berlalu bersama sang waktu.

Kota Hujan, 12 Mei 2019

Antologi Cerpen Dan PuisiWhere stories live. Discover now