Catatan: Perihal Kota Hujan

129 7 0
                                    

Ia sama sekali tidak berkaitan dengan pengetahuan hakiki yang selama ini kau tahu mengenainya. Tidak, bukan itu. Kau mungkin akan mendengar celotehan beberapa orang mengenai titimangsa yang selalu kusematkan pada akhir cerita. Namun Kasih, kota hujan yang kumaksud adalah perihal sukma sang gadis yang kerap memandang awan sebagai pusat karakteristiknya.

Adalah sebuah kota kecil, jauh nun di ujung negeri tempat sang fajar biasa menyingsing. Di sana, dapat kau lihat betapa erat lautan memeluk tubuh mungil kota itu, sebuah kota yang telah mempertemukanmu dengan banyak orang, yang juga mengenalku. Ia adalah sebuah kota kecil yang sangat senang diguyur hujan atau awan mendung tiap harinya. Ada berbagai macam hujan yang dapat kautemui setiap harinya, bila saja matamu tidak terlalu buta untuk melihat. Namun bagimu kota ini adalah sengsara yang kau harap takkan pernah lagi kautapaki. Bagimu, tak ada yang terlalu berarti dari kota ini selain melenggangkan kaki meninggalkan kota ini. Namun, bila saja kau mampu menerimanya, sesungguhnya tidak begitu adanya.

Lihatlah sebentar ke luar, cobalah untuk tidak merutuk. Mungkin ada beberapa bagian dari kota ini yang kaubenci keberadaannya termasuk aku, mungkin ada beberapa tempat yang menurutmu masih jauh dari kata sempurna. Namun Kasih, masih ada yang patut kausyukuri. Masih ada yang mampu membuatmu tersenyum, setidaknya mengenai kota ini.

Bagi sang gadis, kota ini adalah tempat di mana ia pertama kali terisak meluapkan tangisnya. Kota ini adalah tempat pertama kali ia melihat senja, kota inipun adalah kota pertama yang akan menjadi selamat tinggal terberatnya. Dan mungkin hal itupun tidak terlalu penting bagimu. Namun bila memang begitu adanya, untuk apa kau habiskan waktumu demi mengoceh perihal kota hujan yang selalu menjadi sumber titimangsaku?

Aku punya banyak pandangan yang sekiranya takkan pernah mampu kau lihat dalam penglihatanmu, melalui kacamatamu. Sekiranya yang perlu kutegaskan di sini adalah perihal kota ini yang akan selalu menjadi kota hujan bagi gadis itu. Perihal kota ini yang akan selalu mendatangkan hujan pada gadis itu, sehingga ia dapat melihat dengan jelas jejak-jejak kenangan yang telah tertutup debu jalanan. Sekiranya perihal kota hujan adalah hal yang tak perlu kauperdebatkan lagi, tidak juga tentang pilihanku yang akan selalu memilih kota ini sebagai jalan pulangku menuju rumah. Menuju segala kenangan yang pernah kuukir, bahkan sebelum kau menyadari rasa yang sekarang menggetirkan sukmamu, kala asa berganti menjadi putus asa.

Kota Hujan, 1 Juni 2019

Antologi Cerpen Dan PuisiNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ