Catatan: Hening Cipta

109 6 3
                                    

Ah, perkenankanlah aku berkhayal, setidak-tidaknya untuk malam ini, malam di mana anak dara betina akhirnya memutuskan untuk keluar dari zona nyamannya. Kau tahu, hidup bukan hanya tentang setiap tarikan napas yang selalu kauembus dalam rentetan kalimat sungutan atas segala pahit dan siksa yang harus kaukecapi. Ia bukan hanya setiap peloh yang harus kaukeluarkan demi lembaran mata uang yang nantinya akan menghiasi dompet ataupun tabunganmu. Ia bukan hanya sebuah roda yang terus berputar pada porosnya. Tidak, hidup jauh lebih hidup daripada itu.

Adalah suatu masa di mana semua ini masih berupa filamen-filamen ide yang menghiasi belakang kepalaku. Sebuah masa di mana kata merupakan hal yang tabu diucapkan oleh bibirku. Bukan tanpa alasan, berbicara adalah ketakutan terbesarku. Lebih tepatnya, menjadi sosok yang akan didengar serta dimaknai tuturnya merupakan suatu hal yang luar biasa sulit, yang kuharapkan dapat terjadi dalam hidupku.

Baiklah, mari kita bedah beberapa fakta yang kukira hampir saja kau pecahkan kebenarannya seorang diri :

Bagimu aku adalah gadis monoton yang akan menghabiskan sisa hidupnya dengan menjadi seorang pecundang , yang selalu dan mungkin akan selalu menyangkal cinta sebagai pelengkap hidupku. Bagimu aku adalah gadis misterius sekaligus genius, sebab aku mampu memorakporandakan hatimu dalam sekali petikan jari, lalu kemudian bertingkah sebagai seorang yang tidak bersalah. Kasih, bila saja kau tahu, aku ini hanyalah sebuah teratai yang tak pandai memikat insekta apalagi menghancurkan hidupnya seperti kantong semar yang melahap habis tawanannya. Dan kemudian kau menginginkanku untuk menjadi seorang yang hanya hidup sebagai pendamping hidupmu, yang tunduk atas segala titah yang kaukehendaki harus terjadi dalam hidupku?

Maaf, aku bukan tahananmu!



Mungkin perlu kuperjelas kembali perkataanku sebelum nantinya kau akan membawanya sebagai sumber masalah dari segala masalah yang ada, yang sempat membuatmu menjadi seorang ahli debat sekaligus sang psikolog handal. Bagaimana mungkin dengan hanya melihat seseorang dari jauh kau mampu melihat segala yang tak dapat dilihat orang lain, bagaimana mungkin dengan hanya berdiri menjadi patung kau mampu mengetahui apakah hari-hari yang kulalui ini baik atau buruk. Bagaimana mungkin dengan hanya bermodalkan analisa kau mampu mengetahui apa yang selama ini membelenggu batinku, terlepas apakah itu adalah sebuah kenangan masa lalu atau masa depan yang belum tentu akan kuhabiskan bersamamu. Sekali lagi ingin kutekankan, hidup ini jauh lebih hidup daripada itu.

Doa, harapan, serta mimpiku adalah perihal sebuah jalanan panjang yang ditumbuhi rerumputan hijau pada sisi kiri dan kanannya. Mimpiku adalah sebuah karir yang sekurang-kurangnya mampu mencukupi kebutuhanku saban hari. Mimpiku adalah perihal sebuah tempat perteduhan yang sekiranya mampu melepas penatku setelah hampir seminggu bergelut demi setiap detik yang berlalu pada dinding kantor. Mimpiku adalah perihal senyum kedua wakil Tuhan di bumi ini, yang sekiranya takkan lagi membanting tulang demi sesuap nasi. Terakhir, mimpiku adalah wujud nyata seorang kekasih yang sekiranya adalah sebuah Lithops, yang mampu menemaniku kala panas dan kering hidup ini menerpa. Sekiranya iapun adalah Doradilla yang akan hidup bersamaku, sang penuang air yang begitu dicintainya. Kasih, segala mimpiku ini jauh lebih terstruktur dari apa yang pernah kau bayangkan. Dan ia adalah harap yang selalu nyata dalam doaku, yang juga selalu kuaminkan atas suatu keyakinan yang tulus, bahwa biarlah Sang Pencipta berperkara padanya.

Lalu apa segalanya hanya berputar pada doa, harapan, serta mimpi?



Kasih, sekurang-kurangnya Tuhan pun rindu melihat kita bersusah payah mewujudkannya. Adakah seorang yang hanya tidur saban hari mampu menghasilkan setumpuk emas berkualitas? Kukatakan saat ini pelohku adalah seputar usaha mengalahkan sang putus asa yang kerap membayang-bayangi hariku. Tangisku adalah ketika tersandung beberapa batu yang berserakan di sekitar jalananan. Dukaku adalah perihal hambatan yang harus meracuni tawa serta ceriaku. Kukatakan saat ini niatku adalah bagaimana dapat menumbuhkan berbagai flora yang menawan, agar kelak bukan hanya rumput yang mewarnai jalanku.

Lalu kau mulai berdecih, bagimu aku hanya berdalih. Sebab rinduku adalah seputar masa lalu yang kuharap dapat mendekapku satu kali lagi. Dan kemudian kau akan menyangkal padaku sebab apa yang kukatakan adalah apa yang kauharap tak dapat kuketahui.

Kasih, sebenarnya bagaimana definisimu tentang cinta yang hidup dalam hidup ini? Ia bukan hanya terpaut pada kisah dua orang insan yang memutuskan untuk bersama dalam sebuah ikatan. Ia jauh lebih sederhana dari yang pernah kau bayangan, ia sesederhana embusan napas yang tiap detik keluar dari mulutmu. Sesederhana hangatnya terpaan mentari pada tanaman hijau yang hendak melakukan ritualnya. Ia sesederhana cintamu pada diri sendiri. Sesederhana cinta seorang ibu pada anaknya, bahkan hingga kelak anaknya pun akan menua bersamanya. Ia sesederhana maaf yang selalu sulit kauucapkan atas kesalahan yang pernah kauperbuat.

Aku mungkin sering menyamarkan namamu dengan sebutan Kasih. Namun yakinlah, segala yang ingin kusampaikan adalah agar sekiranya hatimu jangan terlalu kukuh berpegang pada pasir yang bisa saja keluar melalui sela-sela jemarimu. Terkadang kita pun perlu merelakan apa yang sesungguhnya telah berakhir dan menjadi sebuah kenangan dalam hidup ini. Sekiranya kita pun perlu menerima kenyataannya bahwa tak selamanya suka akan memegang takhta kehidupan, begitupun dengan duka yang kala ini sedang menghunus jantungmu. Sekiranya kelak kau pun mampu belajar dari apa yang telah terjadi ini, bahwa memang kenangan hanya akan menjadi bagian dari masa lalumu yang takkan pernah terulang untuk kedua kalinya dengan lekuk peristiwa yang benar-benar sama.

Dan kembali pada malam ini, perkenankanlah aku untuk berkhayal. Atas segala suka dan duka yang telah dan sedang kutempuh saat ini. Sekiranya biarkan aku kembali mengingat mimpi-mimpi yang semalam selalu mewarnai tidurku, setidaknya biarkan aku kembali memanjatkan doa atas harapan yang selalu menggebu dalam hati bahwa memang 'kan kulalui jalanan itu. Bahwa memang teratai yang sesungguhnya adalah jelmaan sang penuang air akan melalui jalanan itu bersama Doradilla yang kini hidup dan mekar kembali. Sekiranya, biarkan aku mensyukuri hidup ini, hidup yang jauh lebih hidup dari filosofi kehidupan yang pernah dikatakan seseorang padaku kala sang usia baru menapaki tangga kedelapanbelas.

Namun kasih, dalam khayalan juga realitaku, sama sekali tak kulihat bayang dirimu menyisip di sana....



Kota Hujan, 2 Juni 2019




Antologi Cerpen Dan PuisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang