Puisi: Rindu (ini) Dendam

118 5 0
                                    

Benar, ini untukmu. Dan malam ini aku kembali. Tidak persis begitu sebenarnya. Aku hanya sedang rindu dan menengok sebentar tidak ada salahnya, bukan?

Sayang..., aku selalu memanggilmu seperti itu. Sedang kau, belum tentu 'kan menyahut dengan kata yang sama pula. Namun kembali, aku ini hanya sedang rindu, seperti rembulan yang rindu didekap oleh cahaya sang mentari. Sekiranya begitu harapku.

Apa kabarmu malam ini? Aku sudah terlalu banyak meraup pedih atas rindu yang ditantang jarak dan ego. Dan kamu hanya satu dari sejuta pria yang namanya terkunci erat dalam genggam tanganku, namun hingga kini belum jua sempat kusimpan mati dalam hati.

Selangkah mundur ke belakang, kukira aku merana dalam tanyaku. Perihal kamu yang apa mungkin sempat mencari atas kehilangan yang menyapamu di pagi hari, perihal kamu yang apa mungkin rindu menjadi pembaca diam-diam atas untaian sajak, yang secara terang-terangan kutunjukkan padamu, atau mungkin perihal kamu yang mungkin saja terlampau jauh merindukanku,

Atau tidak sama sekali.

Sayang...., lagi-lagi kupanggil kau seperti itu. Aku baru saja membaca tulisanmu. Satu dari sekian banyak tulisan yang baru sempat kaubagi pada pembaca: termasuk aku, yang membacanya dalam diam. Dan rasanya rindu ini menginginkanku menetap sebentar: di pelataranmu yang sudah luluh lantak, atas kenangan yang merongrong, dan dia yang membawa pergi kedua sisi hati, yang kausebut itu aku.

Namun Sayang, seperti kataku tadi, kembaliku hanya sebatas menengok. Nyatanya kabarmu makin baik saja, maka tiada lagi yang perlu kuragukan tentang perjalanan ini, dalam mengikhlaskanmu menjadi bagian dari masa lalu.

Sekarang, biarlah kukembalikan kedua sisi hati itu, yang hampir mati kuusahakan agar berdetak kembali.

Namun persis di tengah jalan, sebuah suara berbisik tepat di belakangku:

"Mentari 'kan selalu memantau bulannya, mendekapnya ... walau dari jauh. Tiada yang benar-benar berubah."

Dan mungkin karena itulah malam ini akhirnya aku kembali. Sekadar menengok atas rindu yang akhirnya terbalas.

Kota Hujan, 2 Desember 2019

Antologi Cerpen Dan PuisiWhere stories live. Discover now