Puisi: Kenang si Bujang

49 4 0
                                    

Aku bujangan yang lapar akan harta dan takhta; menumpang pada mobil sayur, dari desa ke kota
Terguncang hebat batuan gunung, menurun bersama jalan terjal
Lalu melarikan diri membawa sekantong sumpah,
Menuju tanah rantau yang keras dan penat.

Aku bujangan yang meninggalkan orang tuanya
Bercita memenangkan nusantara dari tangan para penjilat.
Menuju tanah rantau, hendak mencari ilmu akhlak
Namun tersesat karena wanita dan tangisan.

Aku ini bujangan tragis,
Yang pulang dalam derai penyesalan, mengganggur bersama kepulan asap rokok,
"Tuah melambung tinggi, celaka menimpa, celaka sebesar gunung."
Dan selalu kuterpikat desah putus asa, juga doa yang amin tanpa diyakini.

Lalu akhirnya, aku ini hanya bujangan yang lapar akan harta, takhta, dan wanita,
Yang citanya setinggi langit, 'tuk menangkan nusantara dari tangan para penjilat,
Atau pemalas yang saban hari hanya menyanyikan kerja,
Sedang peluhnya sebesar biji sesawi.

Paling terakhir, aku ini masihlah bujangan,
Yang berharap banyak tentang masa muda, serta waktu yang dapat diundur kembali,
Sekiranya usiaku setara anak SD, yang bermimpi besar tentang nusantara dan kesejahteraan,
Tanpa harus menjadi sosok pemalas yang kerjanya hanya tidur....

Kota Hujan, 15 Agustus 2019

Antologi Cerpen Dan PuisiWhere stories live. Discover now