Puisi: (Masih) Tentang Nona dan Tuan Berkacamata

219 7 0
                                    

Biar kuceritakan sedikit tentang pagi ini,
Tentang Tuan berkacamata yang kembali dari perantauannya.
Alasan mengapa pagiku 'sedikit' berbeda kali ini.
Dia kembali memotret untukku.
Masih tentang hujan, awan, dan sajak-sajak yang dulu sering ia sematkan
Pada secarik kertas putih dan seutas harapan palsu.

Bukan tanpa alasan hari ini ada,
Dan karna itulah aku (kembali) menulis untuknya,
Seiring perjalanannya menuju kota hujan.

Ada ... yang tidak bisa dijelaskan secara detail,
Namun intuisimu pasti akan membawamu
Pada realita di mana kata tak harus terucap,
'Tuk buktikan segalanya.

Dan pagi ini hembusan angin kembali hadir,
Membekukan kenangan yang telah mati dalam pencurian,
Tuanku kembali menyebutkan sang pujaan hatinya,
Nona berkacamata.

Maka di sanalah aku,
Duduk di sudut kamar sambil mendengarkan dengan saksama,
Cerita Tuanku yang tiada habisnya,
Tentang Nona berkacamata yang (dulu) telah menjadi alasan
Seorang gadis kecil meringkuk di sudut kamarnya.

Dan lagi,
Gadis kecil itu sekarang mendengarkan hati yang sama sekali tidak menyimpan dendam.
Masa lalu biarlah berlalu dan teruslah berlalu.
Tak ada yang perlu diperdebatkan tentang kisah empat tahun silam.
Lagipula, tanpanya kau takkan pernah bisa berada pada saat ini.
Saat di mana kau akan menoleh ke belakang dan bersyukur
Atas masa lalu yang pernah kau lalui.

Aku masih berbicara,
Dan Tuanku masih mendengarkan.
Dalam diam sang Tuan tersenyum padaku,
Tanpa ada kata yang terucap,
Selain tatapan yang menyiratkan beribu maaf,
Atas jutaan jarum yang telah ditancapkannya padaku.
Ia kembali menyebutkan sang pujaan hatinya,
Dan aku kembali tersenyum.

Ia kembali menyebutkan kisah mereka,
Yang seharusnya tak pernah usai,
Tak peduli apapun yang terjadi.
Namun nampaknya Nona berkacamata itu enggan untuk menulis kembali,
Rajutan kata yang dulu pernah dirangkai bersama.

Jadi beginilah akhirnya, tidak ada yang lebih berarti selain penyesalan,
Dan di situlah aku mengerti mengapa hujan senang bersembunyi
Dibalik mendungnya wajahmu.

-24 Januari 2019

Antologi Cerpen Dan PuisiWhere stories live. Discover now