Puisi: Dari Pagi yang Bukan Hari Ini

88 4 0
                                    

Teruntuk pria yang sepagian merelakan kantuknya direbut sang fajar, yang malamnya harus bertahan hingga dini hari,
Yang lelahnya dipeluk amarah, dan yang tercinta 'tak pernah pula tenang hatinya....

Mungkin aku bisa membantu,
Dengan sedikit intermeso, dengan sedikit lega, atau dengan sedikit doa yang berkelana menuju kota lama,
Yang aminku semoga kurungan emasmu luruh, hingga yang tertawan bebaslah.

Kita ... menahun bersama kisah, namun takkan pernah bisa menua bersama jarak.
Adakalanya, di sudut ruang yang paling sepi, kenangan menunggu 'tuk dikenang, namun kita selalu sesat di dalamnya.
Dan sering, temu tak pernah berujung jemu,
Sebab kita ini sekawan yang rindu untuk bersua, yang memohon pada cemburu, agar tidak untuk singgah di benak tiap-tiap sang kekasih.

Dan mungkin karena itu,
Pagi yang bukan hari ini mengirimkan rindunya bagiku,
Pada gadis awan yang meredup di kota hujan,
Di mana mentari 'tak lagi menjadi tumpuan harapnya.

Kota Hujan, 31 Oktober 2019

♧♧♧

Hai semua apa kabar? Semoga tetap dalam keadaan baik dan selamat menyambut datangnya bulan November! Jangan lupa bersyukur atas sebelas bulan yang hampir kita lewati dengan sempurna hari ini :) Ps. Mohon maaf Deonasyera masih digantung, begitupun Aksara Untuk Tuan Hujan.

Salam manis,

Cloudxxs.

Antologi Cerpen Dan PuisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang