Puisi: Malam Terakhir

110 3 0
                                    

Kota ini adalah saksi sekaligus kekasih
Yang menahun meraih sunyi dari jarak, juga rindu yang mengendap dalam hati.

Selalu, desah bertanya pada waktu: "Bilamana lagi?"
Dan kuberi seulas senyuman, pada doa yang naik menembus angkasa.
Mungkinkah esok, lusa, atau takkan pernah ada tidak sama sekali.

Aku menabung debar untukmu, juga tangis yang tertahan di pelupuk mata.
Kisah menahun belum lunas dibayar satu swastamita.

Lalu hari ini, sekarang adalah potret terakhir yang tersimpan di lensa kameraku.
Bagaimana senja menjelma kado yang tak pernah kubuka, pun kamu yang sebatas ingatan....

Dukaku kini beralas lapang.

Kota Lama, 19 Agustus 2019

Antologi Cerpen Dan PuisiWhere stories live. Discover now