"Aku mau Mama."
Salahkah dengan kata itu? Aku harap keinginan tersebut terkabul sebelum aku lenyap. Aku ingin sekali mengucapkan terimakasih pada sahabat dan semesta, tapi apakah itu bisa terjadi? Aku tidak tahu.
- Auristella Kirana Clarisva -
Ini...
"Bisa sakit itu si Kiran? Terus sekarang gimana keadaannya?" tanya Katrina
Kean menggeleng, "gue enggak tahu. Nanti pulang sekolah gue mau jengukin dia."
"Gue ikut ya?" pinta Katrina yang diangguki oleh Kean
"Lo bawa motor gak?" tanya Kean
"Bawa kok. Nanti gue ikutin lo dari belakang," ucap gadis itu
"Lo di depan, gue yang ngikutin lo. Nanti gue kasih tahu alamatnya di parkiran," tutur Kean
"Kenapa harus di parkiran? Enggak elit banget. Mending sekarang aja lo kasih tahu gue alamatnya," ujar Katrina
Kean menepuk kepalanya dan terkekeh pelan menyadari kebodohannya. "Udah gue share ke WA lo."
"Oke thanks," gadis itupun kembali ke tempatnya.
Setelah kepergian Katrina, pemuda itu sibuk kembali dengan pikirannya. Sesekali ia mencoret belakang bukunya dengan tulisan-tulisan grafity. Banyak inisial K yang ditulisnya.
Mungkin jika orang lain mencoret belakang buku hanya untuk mengotret hasil matematika, atau bahkan ada yang menulis nama orang kesayangannya sampai satu lembar full.
Suasana kelas seketika ricuh karena Jamal baru saja masuk dengan keadaan buruk. Baju yang dikeluarkan, oh tidak, ini sudah biasa. Tapi yang menarik perhatian seisi kelas adalah Jamal datang dengan darah dari hidung dan sudut bibirnya. Pasti jantan itu sudah berkelahi.
