27. Siluman Buaya Putih

220 62 48
                                    

Jangan lupa vote dan komen nya

And

Happy Reading

***

Tidak terasa, terhitung sudah 5 hari sejak kedatangan Lisa, Zara dan Frans ke kampung ini. Kutukan yang ada pada diri Lisa pun sudah lenyap. Tetapi iblis yang ada pada diri Lisa belum lenyap, Dia tetap saja bersemayam di dalam tubuh Lisa.

Sebenarnya ketika kutukan Lisa dikeluarkan dari tubuh Lisa. Penglihatan Lisa tidak hanya melihat orang yang bunuh diri, potongan tangan, dan pembunuhan.

Ternyata ada satu hal lagi yang di lihat oleh Lisa. Dia melihat seseorang menggunting kelopak mata, lalu potongan kelopak mata manusia itu di simpan di dalam kotak kecil.

Hal itu terasa sangat mengerikan, dan 'disturb' bagi Lisa, jadi Dia tidak memberitahukan penglihatan itu kepada Paman Sigit, Frans dan juga Zara. Karena Dia tidak mau orang lain merasa takut dan khawatir akan hal itu.

Lisa hanya berdiam diri tanpa mengatakan apa-apa ketika pelepasan kutukan itu selesai. Hal itu mungkin menjadi penglihatan yang paling menyeramkan bagi dirinya.

Hari berlalu dengan cepatnya. Mentari sudah berganti dengan kegelapan malam.

Hari ini. Hari dimana Frans ikut ronda malam bersama Paman Sigit. Dan sekarang Dia sudah berangkat ke pos ronda yang telah di sediakan di kampung itu.

"Paman, memang nya di kampung ini rawan kejahatan yah?" tanya Frans.

"Tidak Frans, hanya saja kita kan harus tetap waspada meskipun tidak ada kejahatan. Karena sesungguhnya manusia itu lebih jahat daripada iblis." ujar Paman Sigit.

"Iya setuju paman, kejahatan manusia itu lebih nyata yah." ucap Frans.

"Iya betul sekali Frans." ujar Paman Sigit.

"Ya udah kamu keliling gih, tuh ke arah sana. Kalau paman ke arah yang sini. Nanti ketemu di pos ini lagi yah." ujar Paman Sigit.

"Iya siap paman laksanakan." ujar Frans dengan tegas.

Lalu Frans pun berjalan ke arah kanan di jalur pos yang tadi.

"Hufft." Frans menghela nafasnya.

"Dingin banget disini, huhhh."

"Apaan tuh, orang bukan sih?" ujar Frans.

Lalu Frans menghampiri orang itu. Dan ternyata Dia adalah nenek-nenek yang sepertinya sedang tersesat.

"Nek? Nenek kenapa. Ada yang bisa saya bantu nek? "tanya Frans.

Pakaian Nenek itu terlihat lusuh. Tubuhnya tidak terurus dengan baik. Beliau memakai baju kebaya putih dan kain samping berwarna hitam sebagai bawahannya.

"Nenek bingung nak, nenek mau ke rumah anak nenek, tapi penglihatan nenek tidak jelas disaat malam hari nak." ucap Nenek itu sambil terkekeh.

"Nama anak nenek siapa kalau boleh saya tau?" tanya Frans.

"Namanya Pak Atmojo. Dia tinggal disini sudah lama sekali, Dia sekarang sudah jadi kepala desa disini nak." jawab Nenek itu.

Lalu Frans sedikit merasa aneh dengan jawaban dari nenek itu. Karena setahu Dia, kepala desa disini hanya Paman Sigit seorang, bukan yang namanya Pak Atmojo. Tapi, Frans menghiraukan hal itu, dan Dia hanya ingin menolong nenek itu.

"Silahkan nenek tunjukan jalan nya saja yah. Biar saya yang antarkan."

"Maaf nek, kalau boleh saya tahu. Rumah anak nya nenek sebelah mana yah? Soal nya saya juga tamu di kampung ini." ucap Frans.

"Rumah nya di sebelah sana nak." ucap nenek itu.

Lalu perlahan-lahan mereka berjalan, tangan Frans menuntun tangan Nenek itu. Tidak lama kemudian, mungkin sudah 5 menit berlalu.

Terlihat oleh Frans rumah yang sangat megah. Pagar nya di lapisi emas. Dan halaman rumah nya besar sekali.

"Baru kali ini aku melihat rumah mewah seperti ini di kampung ini." batin Frans.

"Ini rumah anak Nenek nak." ucap nenek itu sambil terkekeh.

Sedari tadi Frans hanya melihat kebawah dan tidak melihat ke arah jalan yang dituju. Karena Dia takut Nenek itu kesandung.

Lalu nenek itu tersenyum menyeringai dan mulutnya terbuka lebar sekali, sampai rahang nya robek dan terlihat bagian dalam kerongkongan nya.

Frans yang melihat ke arah nenek itu, Dia kaget setengah mati melihat wajah Nenek itu berubah menjadi seekor buaya putih, dengan sisik yang penuh darah dan bau nya pun anyir.

Kemudian Frans melepas kan tangan Nenek itu, dan Dia langsung berlari. Sesaat Dia berlari, Dia menengok sesekali kebelakang, Dia melihat kaki Nenek itu tidak ada dan Nenek itu terlihat melayang.

"Hihihihihi."

"Hihihihihi."

Terdengar keras suara tertawa dari Nenek itu ketika Frans berlari.

***

Disisi lain. Tepatnya di rumah Paman Sigit.

Tuttttt... Tutttt.. Tuttttt...

"Hallo Mah? Hallo." ucap Lisa.

"Zara bentar yah, aku keluar dulu nyari sinyal yang bagus. Soal nya, Disini sinyal nya jelek banget." ucap Lisa.

"Heem." Zara mengangguk.

Lalu, Lisa pergi keluar rumah tepatnya kebelakang rumah Paman Sigit.

"Keadaanmu disana gimana sayang?"

"Alhamdulilah aku baik-baik saja disini mah. Kalau Mamah disana gimana kabarnya?"

"Alhamdulilah, semuanya disini baik-baik saja sayang. Tapi Mamah tetap khawatir sama kamu Lisa?"

"Tenang saja Mah. Disini ada yang jagain kok." Lisa tersenyum.

"Ya udah tetap hati-hati yah sayang, cepet pulang yah."

"Iya, iya Mah nanti aku pulang secepatnya."

"Ya sudah Mamah tutup dulu yah telpon nya yah sayang. Bye sayang. Assalamualaikum?"

"Bye juga Mah. Waalaikumsalam."

Setelah itu Lisa menutup telepon nya dan segera kembali ke rumah. Tetapi, ketika Lisa menengok ke belakang, Dia tiba-tiba kaget dan akhirnya pingsan.

Jangan lupa vote dan komen nya

Follow ig : @thoatilah

See you next part...

Upnormal ✔Where stories live. Discover now