47. Topeng Kepalsuan

192 48 53
                                    

Jangan lupa vote dan komen nya

And

Happy Reading

****

Setelah Lisa keluar dari ruangan itu bersama dengan beberapa petugas medis, para petugas medis itu membawa Lisa yang sedang terbaring di brangkar, menuju ke kamar inap yang sudah disediakan oleh rumah sakit.

Setelah sampai di kamar, setiap anggota keluarga bisa menjenguk nya, dan yang pertama masuk ke kamar itu yang pasti kedua orang tua nya beserta adik nya terlebih dahulu. Sedangkan kak Frans dan Zara diminta untuk menunggu di luar kamar dan menunggu giliran mereka untuk menjenguk.

"Kenapa ini bisa terjadi," ucap kak Frans.

Kak Frans merasa bersalah, karena meninggalkan Lisa. Dia menyadari bahwa jika Dia tidak ada di samping Lisa, maka masalah akan terus berdatangan kepada Lisa.

"Sabar kak, aku yakin Lisa akan baik-baik saja," jawab Zara.

"Jangan menyalahkan diri sendiri kak, ini memang sudah takdir. Takdir Tuhan tidak akan bisa kita ubah, begitu juga yang terjadi padaku kak, kakak juga tahu kan?" lanjut Zara.

"Maafkan aku Zara, aku tidak bermaksud begitu," ujar kak Frans dengan mimik wajah menyesal.

"Tidak apa-apa kak, aku ngerti keadaan kakak," ucap Zara.

Tidak lama kemudian, orang tua Lisa dan adik nya keluar dari ruangan dimana Lisa dirawat. Dan sekarang giliran Zara dan kak Frans yang menjenguk dan melihat kondisi Lisa.

Terlihat kedua mata dari orang tua Lisa membengkak dan berwarna merah, dan kak Frans sudah tahu bahwa menangisi keadaan anak nya yang sekarang sedang dalam kondisi lemah.

Perlahan tangan kak Frans meraih pegangan pintu kamar itu, dan Dia melihat Lisa sedang terbaring lemah di tempat tidur yang dominan warna nya kebetulan warna biru muda, dimana warna tersebut adalah warna kesukaan nya Lisa.

Kak Frans, Zara mulai memasuki kamar itu, dan disusul oleh Adela yang ikut masuk kembali. Adela sebenarnya ingin membicarakan sesuatu yang Dia lihat sebelum Lisa pingsan dan akhirnya menjadi seperti itu.

Kak Frans pun merasa sedih melihat Lisa terbaring lemah dengan selang oksigen pada hidung nya Lisa, selang itu terhubung dengan infus yang menancap di tangan kanan Lisa.

"Lisa, maafkan aku yah," ucap kak Frans sambil memegang tangan Lisa.

"Aku gak bisa melindungi kamu, maafkan aku," lanjut kak Frans.

"Sudahlah kak, jangan menyalahkan diri sendiri, ini bukan salah kakak, ini salah dari bola api kiriman itu. Aku yakin bola api itu kiriman dari seseorang untuk membuat kak Lisa seperti ini," ujar Adela.

"Aku juga melihat nya kak, bola api itu masuk ke dalam mulut Lisa dan akhirnya Lisa menjadi seperti ini," lanjut Zara.

"Kak Frans sebenarnya ada satu hal yang mengganjal di pikiranku," ucap Adela.

"Apa itu del?" tanya kak Frans.

"Sebelum ada bola api itu, dan sebelum bola api itu masuk ke dalam tubuh kak Lisa, pas siang nya tante Yani adiknya Ibu aku, Dia datang ke rumah dan berdebat dengan Ibu aku, nah kak Lisa yang tidak enak mendengar Ibu di hina dan di caci maki oleh tante Yani, tanpa takut kak Lisa mengambil air lalu langsung menyiram air itu ke wajah tante Yani. Lalu, sontak tante Yani marah. Dan sebelum tante Yani pergi, Dia berkata seperti ini kak 'Tunggu saja pembalasan saya' Dia ngomong seperti itu kak, apa jangan-jangan Dia yang telah membuat kak Lisa begini?" ujar Adela.

"Kita tidak boleh suudzon dulu Del, kita harus punya bukti terlebih dahulu bahwa memang benar tante Yani lah pelaku nya. Tapi dengan perkataan yang di katakan kamu tadi, itu akan menjadi awal kita menyelidiki motif dari perkataan itu, kita harus buktikan apakah itu sebuah ancaman untuk balas dendam atau bukan," ucap kak Frans.

"Iya aku setuju kak, kita harus membuktikan nya segera agar Lisa bisa sembuh kembali," ucap Zara.

"Kali ini biarkan aku ikut membantu kak, please?" pinta Adela.

"Iya baiklah Adel, tapi kamu harus tetap di belakang kakak dan kak Zara, jangan bertindak sendirian," ucap kak Frans.

"Iya siap kak," ucap Adela.

Setelah melakukan sebuah perencanaan untuk menyelidiki hal itu, merek bertiga bertekad akan menolong Lisa sampai Lisa sembuh seperti sedia kala.

Terlintas dalam benak kak Frans untuk segera menghubungi paman Sigit, kak Frans berfikir mungkin paman Sigit bisa membantu dalam kasus ini, karena kasus ini tidak hanya berhubungan dalam dunia nyata tetapi juga berhubungan dengan dunia supernatural atau dunia diluar nalar manusia.

Karena sebelumnya dokter yang memeriksa berkata bahwa pasien tidak mengidap penyakit apapun dan Lisa ternyata baik-baik saja, tetapi kenapa Dia tiba-tiba memiliki lebam dan sampai pingsan, pihak medis termasuk dokter pun tidak bisa menjelaskan berdasarkan ilmu dalam bidang medis terkait kasus nya Lisa.

Lalu, tidak lama kemudian setelah berunding dengan Adela dan Zara, Adela di suruh kak Frans untuk menghubungi paman Sigit, karena mungkin akan lebih baik anggota keluarga nya yang mengabari dan memberi tahu hal ini kepada paman Sigit.

Disaat Adela menghubungi paman Sigit, terdengar suara orang berbicara di luar kamar, Zara pun menyadari suara itu dan Dia merasa tidak asing dengan suara itu, perlahan kak Frans dan Zara mengintip di balik gorden kamar, dan ternyata di luar sudah ada tante Yani dan suaminya yaitu paman Heru.

Kak Frans merasa keheranan, dan baru kali ini, kak Frans melihat Zara memasang raut wajah yang kesal dan marah, tanda tanya besar sudah berada di dalam pikiran nya kak Frans.

"Zara, siapa mereka?" tanya kak Frans.

"Mereka adalah Paman Heru dan tante Yani," kesal Zara.

"Oh jadi mereka orang nya," tatap sinis kak Frans.

Disisi lain, tepatnya di luar kamar.

"Selamat malam semuanya, selamat malam mbak ku yang tersayang, maafkan aku yah mbak, baru bisa menjenguk Lisa keponakan ku yang tercinta," ledek tante Yani dengan senyumannya.

"KAMU! Ngapain kamu kesini, tahu dari mana kamu kalau Lisa masuk rumah sakit?" teriak Ibu nya Lisa.

"Upss ! jangan marah lah mbak, aku tidak akan cari ribut sekarang, karena anak mbak sedang sekarat jadi aku mending mengalah dulu aja," ujar tante Yani.

"Tidak penting dari mana aku tahu, yang penting aku ingin menjenguk keponakan aku," lanjut tante Yani sambil menangis, tapi dengan air mata palsu yang mulai menetes di matanya.

Sebelum tiba di rumah sakit, tante Yani dan paman Heru menggunakan obat tetes mata, mereka memaksakan menggunakan itu agar mata mereka mengeluarkan air dan terlihat seperti menangis.

Perbuatan itu dilakukan ketika mereka berada di tangga dan beberapa langkah lagi sebelum mereka sampai di kamar nya Lisa. Perbuatan itu dilakukan, agar mereka terlihat seperti orang yang sedang bersedih dan menangis karena melihat keadaan keponakan nya sendiri.

Tbc...

Jangan lupa vote dan komen nya

And

Follow ig author : @thoatilah

See you next part...

Upnormal ✔Where stories live. Discover now