46. Di ambang kematian

205 47 70
                                    

Jangan lupa vote dan komen nya

Mohon kritik dan saran nya yah

And

Happy Reading

****

Terdengar suara mesin mobil menyala di pekarangan rumah Lisa. Ternyata itu adalah mobil nya kak Frans yang sedang di parkir kan. Sontak Adela mendengar itu dari dalam rumah dan langsung menghampiri kak Frans.

“Kak, kak Lisa?” ucap Adela.

“Iya Del kakak udah tahu dari Zara,” ucap kak Frans sambil berlari ke dalam rumah.

Di depan rumah, banyak sekali warga yang mengumpul sekedar untuk mengetahui kejadian itu, dengan nada segan dan sopan, Adela selaku adiknya Lisa memberitahukan kepada warga, dan Adela memohon kepada semua warga untuk membubarkan diri karena kejadian itu bukanlah sebuah tontonan.

Dan untung nya sebagian warga mulai meninggalkan rumah keluarga Lisa, tetapi ada saja tetangga-tetangga yang rempong yang sekedar untuk mengabadikan moment dan memfoto Lisa ketika Dia kemasukan bola api itu, hal itu merupakan tindakan tidak terpuji, dan itu terlihat oleh Adela yang tidak sengaja melihat seorang tetangga yang sedang memeriksa gallery di hp nya.

Sontak Adela marah kepada orang itu, dan Dia mengatakan kepada orang itu untuk segera meninggalkan rumah itu.

“Saya mohon kepada Ibu, tolong hargai privasi keluarga kami,” ucap Adela dengan tegas.

“Iya iya bawel amat sih nih anak.”

Akhirnya semua orang tanpa terkecuali si tetangga rempong itu sudah pergi dari rumah keluarga Lisa. Lalu Adela kembali melangkah kan kaki nya ke arah kamar yang sudah terdapat beberapa orang yang sedang melihat keadaan Lisa.

Terlihat keadaan Lisa sekarang pun masih sama, masih dalam keadaan pingsan, dengan banyak luka lebam, entah itu disebabkan karena apa, tiba-tiba saja luka lebam itu muncul seketika di tubuh Lisa.

Kedua orang tua nya terlihat meneteskan air matanya melihat keadaan putri nya.

“Om, Tante. Kita bawa saja Lisa ke rumah sakit, biar mendapat perawatan yang memadai,” ucap kak Frans.

“Ya sudah mah, papah persiapkan mobil nya dulu yah,” ucap Ayah nya Lisa.

“Pakai mobil saya aja om, mobil saya sudah terparkir di halaman rumah,” ucap kak Frans.

“Ya udah kalau begitu, Frans bantuin om angkat tubuh Lisa yah,” ujar Ayah nya Lisa.

“Iya baiklah om,” ucap kak Frans.

Tidak lama kemudian Lisa diangkat oleh oleh Ayah nya dan kak Frans, lalu mereka memasukkan Lisa ke dalam mobil, mobil nya pun dinyalakan dan mereka semua segera berangkat ke rumah sakit.

Dewi fortuna berpihak pada keluarga Lisa, untung nya di perjalanan tidak ada hambatan apapun seperti kemacetan atau apapun itu.

Jarak yang ditempuh untuk sampai ke rumah sakit pun tidaklah jauh, karena posisi rumah keluarga Lisa berada di tengah kota, jadi otomatis tidak jauh apabila hendak ke rumah sakit atau pun area perbelanjaan seperti mall dan pasar.

Sesampainya di rumah sakit keluarga Lisa disambut dengan petugas medis yang bersiap untuk membawa tubuh Lisa menggunakan brangkar khusus untuk dibawa ke ruang UGD.

Ketika Lisa sedang dibawa menggunakan roda itu, semua orang berlari pelan mengiringi tubuh Lisa yang terbaring di roda itu.

“Mohon maaf, tolong menunggu diluar.”

Sayang nya, semua orang tidak diperbolehkan memasuki ruangan itu, bahkan untuk keluarga nya sendiri, karena itu merupakan sudah peraturan di rumah sakit itu. semua orang hanya bisa menunggu hasil pemeriksaan.

Mimik wajah semua orang terlihat cemas dan khawatir, masing-masing orang mengerutkan dahi nya dan menundukkan kepala sambil memohon doa kepada Tuhan agar kabar baik menyelimuti Lisa.

Lalu tidak lama kemudian dokter pun keluar dari ruangan itu, dengan pakaian nya yang khusus berwarna hijau, wajah nya memakai masker dan kepala dokter itu pun dilengkapi dengan penutup kepala khusus petugas medis.

“Bagaimana dok keadaan anak saya?” ucap Ayah dan Ibu Lisa.

Semua orang terdiam dan tatapan mereka tertuju pada mulut dokter yang akan mengatakan sesuatu mengenai keadaan Lisa sekarang.

“Sekarang pasien tidak apa-apa, memang tadi sempat kritis, tapi Alhamdulilah pasien sudah melewati masa kritis nya, dan sekarang sedang beristirahat. Tapi saya merasa aneh kenapa di dalam tubuh pasien terdapat alat perkakas seperti paku. Apakah sebelum nya pasien ingin melakukan tindakan bunuh diri?” tanya dokter itu.

“Hah paku? Tidak dok, anak saya tidak pernah melakukan tindakan seperti itu, dari tadi anak saya bersama dengan saya, tetapi tiba-tiba saja Dia pingsan dan di tubuhnya banyak lebam. Saya juga tidak mengerti kenapa itu bisa terjadi, tapi saya pastikan bahwa anak saya memang tidak pernah melakukan tindakan itu dok,” ucap Ibu nya Lisa.

“Sebelum nya di rumah kami terjadi sesuatu yang aneh dok, di atas atap rumah kami terlihat bola api melayang dan masuk ke rumah kami, dan setelah bola api itu masuk ke rumah, tiba-tiba kakak aku langsung kejang-kejang dan pingsan,” ujar Adela.

“Apakah mungkin itu santet,” lanjut Adela.

“Mohon maaf, kalau mengenai hal itu, saya tidak mengerti. Tetapi demi kesembuhan pasien saya akan berusaha semaksimal mungkin,” ucap dokter itu.

“Saya mohon dok, sembuhkan anak saya, bagaimana pun caranya tolong sembuhkan anak saya,” ucap Ibu nya Lisa dengan didampingi suami nya.

“Ibu dan Bapak berikan saja doa untuk anak Ibu, karena doa adalah penyembuh alami , hanya Tuhan Yang Maha Esa yang bisa menyembuhkan anak ibu dan saya cuma perantara saja, tapi saya akan berusaha untuk menyembuhkan anak Ibu,” ujar dokter itu.

“Terimakasih banyak dokter,” ucap Ayah nya Lisa.

“Iya sama-sama pak, mohon maaf saya tinggal dulu sebentar,” ujar dokter.

“Iya silahkan dok,” ujar Ayah Lisa.

Tidak lama kemudian pintu ruangan itu terbuka, terlihat Lisa terbaring di tempat tidur dengan selang oksigen yang menempel di bawah hidung nya. Lisa di bawa oleh para petugas medis yang bertugas di ruangan itu untuk di pindahkan ke kamar inap.

****

Disisi lain, tepat nya di rumah tante Yani dan paman Heru.

Tutt…tutt…tuttt..

Tante Yani dan Om heru sedang bersantai di rumah nya dengan rebahan di sofa sambil menonton televisi. Dan mereka berdua sebenarnya bersantai sambil menunggu info dari si mbah dukun itu, apakah usaha nya berhasil atau tidak.

Terdengar getaran dari hp nya tante Yani, dan ternyata itu notifikasi pesan dari mbah dukun itu.

Room chat :

“Bu kerjaan sudah beres, Ibu dan Bapak bisa lihat hasilnya di rumah sakit.”

“Oke kerja bagus mbah, iya nanti saya sama suami saya akan pergi ke rumah sakit untuk melihat wajah mereka yang penuh penderitaan.”

Mereka pun tertawa terbahak-bahak, tertawa di atas penderitaan orang lain bagi mereka adalah suatu kewajaran, berkat usaha mereka, rumah yang ada di puncak akan menjadi milik mereka.

Batin tante Yani…

“Hahahaha rasain kamu Lisa.”

“Tunggu yah sayang, tante akan jenguk kamu dan tante ingin sekali melihat wajah tolol orang tua kamu yang dipenuhi penderitaan itu.”

“Hahahahaha.”

Tbc...

Jangan lupa vote dan komen nya

And

Follow ig author : @thoatilah

See you next part...

Upnormal ✔Where stories live. Discover now