Bab 24

10.7K 983 53
                                    

Egalita

Kalau tidak melihat sosok kakakku yang secara fisik kini berdiri di tengah pintu, aku sama sekali lupa kalau ada kemungkinan Theo pulang malam ini. Akhir-akhir ini, saking sibuknya dengan kegiatan kampus dan perkuliahan ia kadang pulang dua minggu sekali, itupun hari Sabtu siang, di mana begitu tiba ia akan segera mengerjakan hal-hal yang menunggunya pulang untuk diselesaikan.

"Kalian sedang apa?" tanya Theo. Matanya tajam, ekspresinya menggelap tak suka. Telah cukup lama berinteraksi dengan anak-anak Keluarga Rahardian membuatku peka akan perubahan suasana hati mereka. Bibir Theo membentuk garis tipis, berkerut tanda bahwa ia sedang merasa kesal.

Meskipun aku dan Valdy tak melakukan apa-apa, reaksi Theo yang berlebihan membuatku salah tingkah. Buru-buru aku bangkit dari posisiku yang sebelumnya berbaring telungkup di atas karpet dengan kaki terangkat ke atas, duduk tegak.

"Udah pulang?" tanyaku bodoh. Tentu saja Theo sudah pulang, kalau belum pulang, memangnya bagaimana kakakku itu bisa ada di sini sekarang?

"Kalian lagi ngapain di dalam kamar?" ulangnya. Ekspresi Theo masih dingin, matanya bergerak pelan dariku menuju Valdy lalu kembali padaku lagi.

"Lagi..." entah mengapa lidahku kelu. Mungkin karena gugup. Terbiasa disayang dan mendapatkan pujian Theo, aku tidak suka melihatnya tak berkenan dengan entah apa yang aku lakukan kali ini.

"Latihan buat debat kak," Valdy buru-buru membantu menjelaskan.

Mata Theo bergerak dari kami berdua ke arah buku, koran dan majalah yang bertebaran di atas tempat tidur dan karpet. Laptop kami sama-sama terbuka di tengah berisi catatan dan memutar lagu-lagu ballad Sam Smith kesukaan Valdy.

"Kenapa pintunya ditutup? Kenapa nggak latihan di ruang tengah?"

Kali ini aku seperti mendapatkan kekuatan atas suaraku lagi dan menjelaskan pada Theo alasannya. "T-takut gangguin si Mbok. Soalnya aku dan Valdy berisik."

Masih diam beberapa lama, Theo melakukan satu keliling lagi pengamatan, menyapu seisi kamarku seolah ingin memastikan kebenaran kata-kata kami. Mungkin karena mendapati cerita kami sesuai dengan apa yang ia lihat, Theo akhirnya mengangguk kaku. Perlahan kulihat raut wajahnya sedikit demi sedikit melunak, hingga akhirnya ketegangan yang sedari tadi kurasakan keluar dari posturnya menghilang. Masih mengamati kami berdua, dengan sedikit canggung Theo berucap padaku, "Kalau mau camilan, aku bawa donat kesukaanmu Ga."

"Oh... m-makasih Theo."

"Makasih kak," ujar Valdy bersemangat, tersenyum lebar begitu mendengar kata 'donat'. Mungkin sahabatku itu masih lapar.

Terlihat seperti enggan meninggalkan kami berdua, Theo berbalik dari tempatnya berdiri, berlalu dari kamarku. "Pintunya dibuka aja," katanya sebelum beranjak.

Valdy dan aku saling berpandangan penuh arti. Dalam hati jantungku berdetak lebih cepat, entah mengapa jadi teringat pada kejadian di villa ketika Theo berkelahi dengan Galih karena membicarakan soal aku. Ekspresi dan dingin suaranya malam ini ketika bertanya padaku dan Valdy soal apa yang kami lakukan berdua di dalam kamar mengingatkanku pada dingin suaranya ketika ia memberitahu Galih apa yang akan ia lakukan kalau sampai Galih nekad. Mengamati wajah Valdy, aku merasa takut kalau sahabatku itu bisa menangkap ada sesuatu yang tidak beres dengan Theo.

"Kakakmu strict ya," bisik Valdy nyaris tanpa suara.

Serta merta kelegaan memenuhi pikiranku, mendapati kalau Valdy menginterpretasikannya sebagai wujud sikap over-protektif seorang kakak pada adik perempuannya. Persis seperti bagaimana Galih mempersepsi penolakan Theo atas proposalnya waktu itu. Persepsi Valdy maupun Galih akan Theo sama sekali bukan urusanku apalagi kesalahanku. Kakakku sendiri yang menjadi pemicunya dengan sikapnya yang aneh. Tapi kenapa aku justru merasa bersalah dan malu kalau seandainya mereka sampai berpikir yang tidak-tidak soal Theo? Seolah mereka mengetahui apa yang kami berdua lakukan di pinggir kolam di malam tahun baru itu. Seolah akulah yang menjadi pemicu mengapa Theo sampai berbuat di luar karakternya...

[Tamat] False Idol, A Stepbrother Dark Romance (Season 1)Where stories live. Discover now