Bab 17

12.4K 1.1K 38
                                    

Egalita

Setelah pesta kembang api di halaman dan kekenyangan makan sate dan jagung bakar, aku masuk ke dalam, duduk di sofa sambil membaca buku komik yang disewa Abel dari persewaan buku di dekat rumah.

"Baca buku apa Ga?" tanya Galih sambil menjatuhkan diri, duduk di sebelahku, di atas sofa. Sahabat Theo sejak SMA itu perawakannya tinggi seperti kakak tiriku, rambutnya sedikit berombak selalu disisir menyamping. Sejak SMA, belum pernah sekalipun aku mendengar kalau dia punya pacar, tetapi jangan salah kira. Setiap hari Valentine ia juga menerima surat dan hadiah coklat yang sama banyaknya dengan yang diterima oleh Theo.

Geng empat sekawan ini sebenarnya cukup populer, begitu juga Yanis yang belakangan aku baru menyadari dengan mata umur enam belas tahunku yang kini jauh lebih awas dan perseptif, ternyata diam-diam menyukai Mutia. Sayangnya sasaran tembaknya itu hingga kini masih suka dengan Theo.

Cinta segitiga (segiempat?) yang malang.

Kembali ke sahabat playboy Theo ini, aku tidak menjawab pertanyaannya dan hanya menunjukkan sampul buku komik serial cantik yang kubaca ke arahnya.

"Komik cewek ya," katanya.

Naluri dan kebiasaan debatku langsung keluar tanpa bisa kucegah, meskipun sembari berucap aku menyadari kalau Galih hanya menggodaku.

"Memang definisi komik cewek apa sih? Hanya karena banyak bunganya? Karena jalan ceritanya? Atau karena mangakanya cewek maka otomatis ini jadi komik cewek?" tantangku.

"Komik seperti ini kan kalau di Jepang namanya shoujo. Kalau arti harafiahnya itu 'gadis muda', jadi komik ini ditujukan untuk pembaca yang sebagian besar cewek-cewek yang usianya muda," balas Galih, mengejutkanku dengan pengetahuannya soal dunia manga. Dari sudut mataku, bisa kulihat Abel menggeleng ke arah Galih sambil menggerak-gerakkan telapak tangannya di lehernya, meminta sahabat Theo itu berhenti memancingku sebelum aku mengamuk dibuatnya.

Galih hanya tersenyum dikulum sambil menatap mataku inosens.

"Kak Galih yang bilang sendiri 'sebagian besar' kan? Artinya tidak semua, dan tidak sepantasnya kita memberi label yang membuat dikotomi seperti itu," ujarku berargumen.

"Aku nggak melihat apa salahnya memberi label seperti ini pada sesuatu yang memang diketahui oleh orang banyak memang dibaca oleh banyak cewek?"

"Banyak banget kekeliruan dalam pernyataan kamu barusan, I can't even...," aku memijit keningku, lalu membalasnya. "Oke, Kak Galih bilang 'diketahui oleh orang banyak', mana datanya? Mana referensinya?" tanyaku.

"Kalau kamu google..."

"Wah, pakai google sebagai sumber referensi. Kalau kamu sakit jangan-jangan kamu juga ngecek gejalanya pakai google?" nada suaraku terdengar sarkatis, dan aku tidak merasa perlu untuk menutupinya sedikitpun. "Tapi hanya untuk argumen kita saja, katakanlah sumber di google itu memang berdasarkan data dan pengetahuan umum yang diterima oleh orang banyak, bukan berarti itu sesuatu yang harus kita juga terima dan adopsi sebagai keyakinan kita."

Ketika kulihat Galih hanya menatapku dengan matanya yang membulat besar, aku melanjutkan ceramahku. "Apa Kak Galih tahu bahwa banyak sekali stereotip seperti ini terus disebut-sebut, digaung-gaungkan, melegitimasi bias yang sebenarnya tidak seratus persen benar. Membuat anak laki-laki yang kebetulan suka membaca cerita komik serial cantik, misalnya, jadi merasa malu dan takut untuk baca hanya karena takut disangka kecewek-cewekan. Ada juga Dina kecil—"

"Wah namaku dibawa-bawa," potong Dina sambil tertawa terkikik dari meja makan. Di sebelahnya, Mutia dan Yanis juga mengamati debat kami berdua.

"—yang sebenarnya suka komik-komik shounen, tapi terpenjara oleh dikotomi itu hingga ia merasa kalau sudah kodratnya untuk membaca komik-komik 'cewek'," ujarku sambil membuat tanda kutip dengan kedua tangan, memperjelas maksudku. "Kadang sesuatu yang kita katakan sambil lalu, sebenarnya produk ketidak-setaraan gender dan bisa mempengaruhi persepsi orang dan merampok hak orang lain tanpa kita sadari."

[Tamat] False Idol, A Stepbrother Dark Romance (Season 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang