Bab 74

4.4K 631 111
                                    

Belum terpenuhi targetnya, aku sedih. T_T Apakah yang baca cerita ini jempolnya kesemutan semua makanya ngga mau vote?

Bab 75  (Mature) up kalau vote semua bab minimal 45K votes

Jangan lupa komen yang gokil biar aku makin semangat up

Dan jangan lupa masukin FALLEN IDOL ke daftar bacaan kalian. Ada di daftar tulisanku. Fallen Idol itu sequelnya False Idol/ False Idol Buku 2

+++++


Theo

Harapan hanya tinggal harapan, aku membuka mata dan mendapati bahwa tidak ada tanda-tanda kehadiran Egalita malam itu ke kamarku. Muram, aku bangkit dari tempat tidur, teringat oleh ilham yang kudapat dari mimpiku semalam. Kadang ketika aku menenggak obat tidur, ilham berdatangan di alam mimpi, membuatku terbiasa menuliskannya secepat mungkin ketika aku terjaga. Efek seperti ini juga bisa kudapatkan tanpa obat tidur, tapi hanya ketika Ega tidur di sampingku setelah maraton seks lama. Tidur paling nyenyak yang bisa kudapatkan, pikiran segar esok harinya selalu membuahkan ide-ide brilian.

Aku duduk di kursi dan mulai bekerja.

Program yang kutulis sejak di dalam penjara ini sangat menjanjikan. Aku melihat potensinya, bahkan melebihi apa yang kutulis sebelumnya untuk proyek gagalku sebelum masuk penjara. Hanya saja kali ini aku tidak memiliki pemodal dan hanya bisa bergantung pada diriku sendiri dan kecepatan kerjaku yang cenderung stabil. Tidak ada lagi tim yang bisa melakukan apa yang kuperintah seperti dulu.

Tapi tak apa. Mulai dari awal lagi, mulai dari nol. Rasanya seperti terlahir kembali. Rasanya justru seperti akan mulai berperang lagi. Mendebarkan dan menggembirakan. Karena itu aku menikmati setiap detiknya, tanpa tuntutan dan beban, menuliskan apa yang sejak dulu ingin kubangun tapi kalah oleh keinginan pemodal.

Ketukan di pintu menghentikan jariku yang setengah mengetik di keyboard. Wajah Dina muncul dari baliknya, membuatku lega sekaligus kecewa.

"Kak, udah bangun kok gak mandi?" tanyanya sambil berjingkat masuk sebelum kuberi izin. Ia mendekat, memeluk pundakku, mengamati layar komputerku. "Nggak capek?" tanyanya lembut.

"Nggak. Kamu ngapain hari ini?" tanyaku.

"Nggak ngapa-ngapain. Siap-siap mau ke sekolah. Bentar lagi kita ujian. Kakak mau ngapain hari ini?"

"Mau ke luar kota," jawabku memasang wajah serius.

"Kak!" protes Dina.

Tersenyum, aku menggeleng cepat. "Bercanda. Ya mau ngapain, paling kerja, tidur, makan. Emang mau ngapain lagi."

"Oh..." Dina melepaskan pelukannya di bahuku. Tapi ia tidak beranjak pergi dan masih berdiri diam. Merasa diamati, aku mendongak menengadah, meminta penjelasannya. Adik kembarku terlihat diam berpikir.

Dina dan Abel meskipun kembar, memiliki kepribadian yang bertolak belakang. Dina jauh lebih ekstrovert, mudah bergaul dengan siapa saja, memanipulasi orang-orang agar sayang padanya. Sedangkan Abel jauh lebih pendiam dan tertutup, terutama pada orang yang masih belum dekat.

Karena itu, aku heran melihat Dina terdiam lama seperti ini, pertanda ia sedang memikirkan kata-kata yang akan ia ucapkan, tak ingin menyakiti hatiku.

"Kak..."

"Apa?"

"Kamu sama Ega ngapain sih?" tanyanya.

Ekspresiku terkontrol, aku mengamati adikku, lalu membuang muka mengamati layar komputerku dan meneruskan mengetik. "Enggak ada apa-apa, emangnya kenapa?"

[Tamat] False Idol, A Stepbrother Dark Romance (Season 1)Where stories live. Discover now