Bab 78

6.9K 465 207
                                    

THANKS udah penuhi target.

Satu bab lagi sebelum kita masuk bab terajhir di season ini!!!

Jangan lupa vote komen..., minimal 48K votes total ya, aku up final chapter.

++++

Egalita

"Aku bisa jelasin," ujarku pada Valdy.

Kami duduk berdua di kafe sebuah mall yang letaknya tak jauh dari kampus Valdy. Sahabatku itu hanya menyedot isi gelas mikanya. Matanya tertuju ke arah lain, seperti salah tingkah.

"Aku..."

"Ciuman Ga?" sergah Valdy cepat, seolah sejak tadi ia menahan-nahan agar kalimat itu tidak keluar dari mulutnya. "Kamu ciuman sama Theo? Tolong bilang kalau Nichole hanya salah lihat," kata Valdy.

"Nichole tahu?" tanyaku terperanjat. Kalaupun masih ada keraguan di benak Valdy sebelum ini, maka reaksiku jelas telah memberikan jawaban pasti untuknya. Ia menatapku tajam, lalu setelah beberapa lama, Valdy menggeleng.

"Nggak tahu. Dia cuman cerita kalau nggak sengaja ketemu kamu di lift, nanya aku kalau aku tahu kamu lagi pacaran sama siapa, karena dia lihat kamu ciuman sama orang."

"K-kamu nggak cerita sama dia kalau itu Theo kan?" tanyaku panik. Kalau Nichole sampai tahu, situasi ini jelas berubah jadi bom waktu yang tinggal menunggu kapan bisa meledak.

"Nggak, untung aku baca sms darimu sebelum ketemu Nichole," jawab Valdy.

Oh Tuhan, rasanya melegakan. Tapi ini adalah sebuah peringatan, aku menetapkan. Hubunganku dan Theo sudah ada di tahap di mana hanya tinggal menunggu waktu saja sampai satu persatu orang di sekitar kami mengetahuinya. Sekuat apapun aku menyumbat botolnya, aku tidak akan bisa menahan satu persatu peristiwa kebetulan yang terjadi, informasi yang terjalin dan orang-orang di sekitar kami menghubungkannya, hanya untuk sampai ke sebuah kesimpulan yang tak terelakkan.

Seperti orang yang tak sengaja melihatku dan Theo di apartemen kami dulu, hal itu tersebar di sekolah tanpa aku mengetahuinya. Entah berapa orang yang telah kasak-kusuk di belakangku dan Theo? Sebenarnya tahu, tapi pura-pura tak mengetahuinya? Aku juga tahu kalau keluarga besar Theo, Dina dan Abel senang bergosip. Penilaian negatif seperti apa yang akan mereka timpakan pada Theo dan keluarga kami kalau semua ini terbongkar?

"Serius Ga?" tanya Valdy lagi. "Kamu... sama Theo?"

"Aku..."

"Kalian waktu itu di hotel berdua..." Valdy menelan ludah sebelum melanjutkan. "Pacaran?" tanyanya.

Tidak ada gunanya menutupi ini lagi dari Valdy. Sahabatku itu tidak bodoh. Tentu ia bisa dengan mudah mengambil deduksi atas semua bukti-bukti yang didapatinya, menghubungkan semua peristiwa itu.

Pacaran?

Itukah label hubunganku dan Theo? Kami berdua pacaran? Kakak dan aku tidak pernah secara spesifik membahas soal apa nama hubungan kami. Kalau dipikir-pikir, betapa bodoh dan menyedihkannya diriku ini. Setelah hal-hal yang kami lakukan sampai jauh, tak sekalipun aku berani menanyakan ini pada Theo. Mau dibawa ke mana hubungan kami berdua setelah ini, apa yang diinginkannya dariku. Theo sering berbicara mengenai keinginannya untuk membawa serta diriku ke setiap tahap mimpinya di masa depan. Tapi dalam kapasitas sebagai apa, kami tak pernah memperjelasnya. Kalaupun ada keinginan untuk menuntut darinya, aku terlalu takut mendengar jawaban tak menyenangkan dari mulut Theo.

Bagaimana kalau seandainya kakak hanya menginginkanku ada dalam hidupnya sementara saja? Lebih mudah untuk berpura-pura bahwa semua ini tidak pernah terjadi kalau tidak ada label yang tersematkan padanya.

[Tamat] False Idol, A Stepbrother Dark Romance (Season 1)Where stories live. Discover now