Bab 43

8.4K 723 162
                                    

Yay double update!

Theo itu abusif, manipulatif, TOLONG JANGAN DITIRU!!!

+++++

Theo

Ah, gila, gila, gila. Belum juga sampai tiga minggu kami berpisah, rasanya seperti mau mati saja. Tapi aku tahu kalau harus bersabar jika ingin segala sesuatunya berjalan sempurna seperti segala rencanaku yang brilian selama ini. Banyak sekali nyamuk yang harus dibunuh dalam satu tepukan, karena itu aku tahu bahwa kesabaran adalah komoditi paling berharga saat ini.

Setelah mengerjai Egalita habis-habisan di rumah kami yang kosong, aku ingin membuatnya paham bahwa dia adalah seseorang yang spesial untukku. Aku tidak ingin ia berpikir kalau Theo adalah pria barbar yang hobi meniduri adik tirinya tanpa peduli tempat dan waktu. Aku ingin menunjukkan padanya bahwa buatku Egalita adalah kekasih, teman, adik dan sosok yang pantas mendapatkan perlakuan istimewa.

Hal pertama yang kulakukan setelah mendapati seluruh penghuni rumah kami akhirnya satu-persatu pulang? Aku menelepon nomor milik Mika, bajingan yang mencekoki adik tiriku dengan alkohol dan mencuri ciuman dari bibir yang bukan miliknya. Aku merencanakan segala sesuatunya lebih dulu, memberitahu Mika kalau aku punya tawaran manggung off-air. Ha, dasar bodoh. Suaranya tidak seberapa bagus, heran saja bagaimana ia bisa percaya ada orang yang tertarik untuk memperkerjakannya secara serius. Kami janji ketemu di Denpasar, karena itu aku berkendara lewat jalur darat selama beberapa hari ke Bali dan bertemu dengannya di sebuah kafe. Rencana awalku hanya ingin berbicara sedikit dan mengintimidasinya, namun begitu melihat muka si brengsek itu, membayangkan bibir kotornya telah menyentuh bibir murni Ega, aku kalap. Serasa ada setan yang merasukiku, membuatku bergerak tanpa kontrol.

Tanpa pertahanan diri, Mika bangsat itu kaget ketika aku memukuli wajahnya, menginjak-injak dan menendang tubuhnya ke lantai. Beberapa pukulan juga dilayangkannya padaku, namun tidak seberapa sakit, dan aku selalu berhasil membungkamnya. Kalau saja dia tahu bahwa selamanya orang normal tidak akan pernah bisa menang melawan orang yang sedang kerasukan setan. Apalagi kalau nama setannya itu 'cemburu'. Kalau bukan karena kemungkinan bisa masuk penjara dan mesti meninggalkan Egalita sendiri di luar, bisa-bisa aku kebablasan membunuhnya. Orang-orang menahan lengan kami berdua. Aku meneriakkan sumpah serapah, bersumpah akan mendatanginya lagi kalau sampai ia berani mendekati Egalita lagi, mencekoki dan menciumi (sampai dua kali, DUA kali) bocah di bawah umur.

Melihat kesadaran di mata Mika yang kini mengetahui jati-diriku, membuatku puas. Kuludahi kakinya, lalu kubiarkan saja si bangsat itu mengerang terkapar di tanah, menjilati luka-lukanya, buru-buru pergi dari tempat itu. Kalau ia berani melaporkan kejadian ini pada polisi, aku memiliki bukti sms yang dikirimkannya pada Egalita, dan tentu polisi bisa bersimpati pada sosok kakak yang hanya ingin membela kehormatan adik perempuannya kan?

Sambil beristirahat di penginapan, aku menggunakan waktu yang ada untuk melihat-lihat sekeliling dan tiba-tiba mendapatkan ide untuk membawa Egalita berlibur ke Bali. Aku belum pernah liburan berdua saja dengannya sebelum ini, dan ada baiknya kami menghabiskan waktuku bersamanya tanpa ada gangguan Dina atau Abel yang selalu membayangi kami di rumah, terutama setelah seminggu terakhir kami yang cukup intens.

Setelah memutuskannya, aku mulai mengerjakan segala sesuatunya secara detil dan hati-hati seperti setiap proyek yang pernah kukerjakan selama ini.

***

"Theo bohong soal konferensi itu?"

Sudah kubilang kan, kalau Egalita itu cewek pintar? Kemampuan deduksinya di atas rata-rata, pantas saja kalau ia memenangkan begitu banyak lomba debat sekolah, membuatku bangga sekaligus takut. Aku berusaha mengontrol ekspresi di wajahku yang ingin tersenyum bodoh, ingin memberitahunya setiap detil hal yang kulakukan demi bisa menculiknya ke Bali. Akankah Egalita kagum padaku dan berterimakasih? Kalau ia berterimakasih dengan manis, mungkin aku akan membiarkannya memilih gaya bercinta kami malam ini. Ah, belum apa-apa sudah mikir soal ngeseks dengannya lagi. Mau tak mau, mataku kini tertuju ke arah paha mulus Ega yang kini telanjang karena adikku itu memakai celana jeans pendek sepaha yang berkerut sedikit ke atas. Tangannya mengatup rapi ke atas pangkuannya sendiri, protektif, seolah itu bisa mencegahku untuk memilikinya lagi.

[Tamat] False Idol, A Stepbrother Dark Romance (Season 1)Where stories live. Discover now