Bab 77

5.1K 436 53
                                    

Makasih udah penuhin target, you guys are absolutely the best! Bab 78 up kalau vote semua chapter totalnya 47K

1) 2 chapter lagi, Season 1 False Idol TAMAT, ada 2 epilog juga.

2) Begitu chapter 79 Season 1 up di wattpad, harga Season 1 + Fast access naik. Season 1 jadi 80K, season 2 (Fast access) jadi 60K. Kalau beli 2 didiskon 10K jadi 130 K. Tapi masih lebih untung beli sekarang!

3) Jangan lupa masukkan FALLEN Idol, sequel False Idol di daftar bacaan kalian. Setelah fast access nyampe 15 bab, aku akan up satu persatu di wattpad.

++++++

Egalita

Theo fokus mengerjakan program aplikasinya di sisa hari, membuatku lambat-laun merasa bosan harus bergelung tanpa kegiatan berarti di atas tempat tidur kami yang lembab. Aku meminta izin padanya untuk pergi ke area kolam renang hotel. Theo menggigit bibir, memandangi lajur query setengah jalan yang sedang ia tulis, menimbang. Aku tahu kalau Theo lebih suka mengerjakan pemrogramannya di dalam kamar, jauh dari gangguan.

"Bawa ponsel dan kunci kamar," ujarnya mengalah.

Buru-buru aku menyetujui dan beranjak hendak berganti pakaian renang, tapi lenganku ditarik oleh Theo.

"Mau ke mana?"

"Ganti baju renang," jawabku jujur.

"Nggak boleh renang kalau nggak ada aku. Nanti aja. Begitu aku selesai kerja, bajunya kubawakan ke bawah kalau kamu masih mau renang."

Aku termangu mendengar kata-katanya yang lagi-lagi terdengar tak masuk akal di telingaku. Tapi setelah seharian berkutat di dalam kamar, aku ingin cepat-cepat menghirup udara segar. Semakin lama aku berdebat dengan Theo, semakin lama juga aku terkurung di dalam kamar ini bersamanya.

"Jangan lama-lama ya," aku mengalah. Setelah merapikan diri dan membawa buku komik, kunci dan ponsel seperti pesan Theo, aku beranjak keluar.

"Tunggu dulu," panggil Theo ketika aku sudah sampai di depan pintu. Diam-diam jantungku berdebar, takut kakak berubah pikiran dan memilih mengurungku di dalam kamar bersamanya hingga semalaman.

Aku masukin aja kamu ke dalam sangkar, aku rantai kaki kamu, leher kamu, tangan kamu, agar selamanya nggak bisa lari dari aku...

"Ya?" tanyaku menoleh ke arahnya.

Theo tersenyum manis, memamerkan deretan giginya yang rapi dan putih. Lesung pipinya terlihat jelas, membuat kakak terlihat jauh lebih muda.

Tangannya terulur, jarinya mengail, memberi kode agar aku mendekat. Ia menunjuk pipinya sugestif. "Cium dulu."

Pura-pura kesal, aku bergerak mendekat dengan gerak tubuh yang dibuat-buat. Di dalam hatiku, sebenarnya aku merasa lega. Kalau sebuah ciuman bisa membeli beberapa jam bebas dari kungkungannya, akan kuberikan berapapun ciuman yang dia mau.

Kukecup pipi Theo, tepat di atas lesung pipinya. Terlihat puas, Theo mengangguk dan memberiku restu untuk meninggalkannya sendiri di kamar dan memberikannya ketenangan.

Baru beberapa langkah keluar dari kamar, sedikit demi sedikit rasa lega seolah membuncah keluar. Rasanya ingin berlari sejauh mungkin, buru-b uru memberi jarak sebelum Theo sadar. Aku masih berupaya memproses pengakuan Theo sore itu. Denting lift berbunyi, aku masuk ke dalamnya dan mengamati poster-poster yang terpasang di dinding, pamflet menu dan selebaran acara pesta yang akan diadakan di klub hotel itu. Malam itu akan diadakan party event perayaan tahun baru Cina, nuansa merah dan emas banyak menghiasi dekorasi hotel.

Kemarin saat kami check in, aku tidak terlalu memerhatikan. Tapi kini, di bawah sinar matahari sore, aku memerhatikan lampion-lampion dan pohon jeruk hias yang menghiasi sepanjang lorong menuju area kolam renang di lantai paling atas hotel. Kolam renang itu menyatu dengan buffet restoran dan klub tempat akan diadakannya pesta perayaan.

[Tamat] False Idol, A Stepbrother Dark Romance (Season 1)Where stories live. Discover now