Bab 70

3.5K 500 82
                                    

Great job udah penuhi challengenya!

Syarat Bab 72 up: Bab 68 dan 69 masing-masing 250 votes.

++++

Theo

Kegiatan rutin begitu membuka mata, bangun pagi-pagi sekali, bergegas mencuci muka di wastafel yang dilanjutkan dengan latihan rutin di dalam selku yang lembab dan dingin. 50 kali sit up, 50 kali crunch, 100 kali push up dan 20 kali handstand push up. Ketika sel dibuka dan kami diizinkan keluar, aku tidak akan mendekati area pengambilan makanan sebelum selesai lari mengelilingi lapangan tengah sebanyak 25 kali putaran.

Berada di dalam penjara, aku mendapati bahwa adegan klise tokoh-tokoh heroik yang dipenjara itu juga terjadi padaku. Seringkali mereka digambarkan melatih kekuatan otot fisik dengan sesi olahraga yang juga kulakukan. Tujuannya semata sebagai upaya untuk menjaga diriku tetap waras, karena alternatif satunya lagi hanyalah berbaling nyalang di atas kasur sambil membiarkan pikiranku mengelana.

Untuk orang sepertiku, lamunan tanpa tujuan bisa sangat berbahaya. Entah hal-hal gila apa yang sanggup aku lakukan jika kubiarkan diriku menuruni spiral destruktif tak berdasar.

Hanya saja, jika dibandingkan dengan tokoh-tokoh di dalam film itu, tidak ada yang heroik sama sekali dari perbuatan yang menyebabkanku dijebloskan ke dalam penjara. Bahkan kalau boleh jujur, seandainya semua kelakuan bejatku terbongkar, sudah seharusnya aku mendapatkan hukuman lebih lama dan ditempatkan di penjara dengan lapisan penjagaan yang lebih ketat.

Selain membunuh waktu, menyiapkan kondisi tubuhku agar prima juga penting untuk menjaga diri selama berada di dalam penjara. Di minggu-minggu pertama, instingku mengatakan bahwa kemampuan menyintas akan ditentukan di masa-masa awal ini. Observasi, observasi, observasi. Kini aku memahami arti kata itu dengan sebenar-benarnya. Mengamati sekeliling, seolah-olah hidupmu tergantung padanya. Observasi yang akan membantuku jika ingin bertahan hidup di tempat ini. Sesungguhnya penjara ini bukanlah yang terburuk, tapi tetap saja. Ratusan orang kriminal ditempatkan di satu ruang tertutup demi memasyarakatkan mereka kembali sebelum dikembalikan ke alam bebas. Ini adalah resep bencana. Banyak dari mereka memiliki kemarahan poten yang mengendap dan setiap saat menunggu untuk dikeluarkan. Karena itu diam-diam mengamati dan mempelajari adalah langkah cerdas pertama yang bisa kuterapkan. Seseorang tidak akan pernah punya terlalu banyak pasang mata di tempat seperti ini.

Cepat aku melihat bahwa ada individu-individu yang ditinggalkan seorang diri oleh kriminal pembuat onar, bahkan sipir penjara pun takut mendekati mereka. Salah satu dari mereka dan mungkin yang paling disegani di tempat itu adalah pria keturunan Cina yang senang duduk bersila sambil mendengarkan radio di satu-satunya bangku di dekat lapangan tanpa ada yang berani mengusik. Ia senang duduk di pagi hari sambil mandi matahari. Beberapa orang lain menjadi pesuruhnya, berusaha menyenangkan hati majikan mereka dengan mengambilkan makan dan minum. Level kekuasaannya bahkan mungkin sampai ke aparat dan birokrat yang mengurusnya.

Contoh gampangnya adalah keberadaannya di tempat ini, sementara seharusnya ia dijebloskan ke dalam penjara dengan pengamanan super ketat seperti Nusa Kambangan.

Orang-orang tidak ada yang berani memanggil pria itu dengan nama aslinya. Romo, begitu mereka menyapanya. Dari yang kudengar, dia adalah mantan gembong narkoba nomor satu se-Asia Tenggara yang mengatur bisnisnya dari rumahnya di kota Solo. Sebenarnya tidak ada yang terlalu spesial dari perawakannya. Masih lebih banyak kriminal lain yang jauh lebih berotot dan berbadan tinggi besar bila dibandingkan Romo. Tapi raut muka orang ini, aku menyadari, menyimpan kegilaan yang bisa membuat bulu kuduk pria paling pemberani sekalipun berdiri tegak. Seolah tidak ada ketakutan sama sekali, tipe manusia yang bisa mencongkel mata orang lain sambil tertawa lalu memakannya mentah-mentah tanpa muntah.

[Tamat] False Idol, A Stepbrother Dark Romance (Season 1)Where stories live. Discover now