Bab 57

4.7K 473 213
                                    

SURPRISE!!!

Egalita

Alarm ponselku berbunyi perlahan lalu nyaring. Sesaat aku terjaga dan sedikit pusing, tapi perlahan duniaku menjadi jelas. Langit-langit hotel, lalu tanganku yang masih digenggam Abel sementara adikku itu masih tertidur pulas di sisiku. Seperti biasa, Abel masih terlelap meskipun alarm berbunyi keras. Hati-hati aku menarik lepas tanganku dari genggaman tangannya lalu melihat ke arah layar ponselku, meskipun sudah jelas maksud dari alarm yang sengaja kupasang demi agar ingat akan aktivitas yang telah kujanjikan.

Sudah jam setengah delapan malam, Theo sudah mewanti-wanti agar kami berdua saling menelepon di waktu yang sudah ditentukan. Karena itu aku memasang alarm setengah jam sebelumnya agar di manapun aku berada dan apapun yang aku lakukan selama perjalanan ini, aku bisa ingat pada janjiku padanya. Siapa yang tahu apa yang akan nekad dilakukan Theo nanti kalau sampai aku alpa menuruti permintaannya. Bisa-bisa ke depannya makin sulit buatku untuk meminta izin melakukan hal-hal lainnya lagi.

Mematikan alarm, aku berjalan tertatih menuju ke dalam kamar mandi. Kepalaku sedikit pusing karena tertidur sesorean hingga lewat matahari terbenam. Selesai membasuh muka dan menyikat gigi, aku melangkah keluar dari kamar mandi dan mendapati Abel masih tertidur pulas.

"Bel, Abel, bangun. Bangun," panggilku sambil mengguncang bahunya pelan.

"Nggh," Abel mengernyitkan matanya, melihat ke arahku lalu keluar jendela yang gelap. Ia melirik ke arah jam tangannya lalu menguap lebar. "Udah jam segini aja..."

"Bel, balik ke kamarmu gih," pintaku lembut.

"Mmm?" Abel mengusap-usap matanya. "Ega mau makan bareng di luar atau di kamar aja? Mau aku beliin Nasi Padang?"

"Kayaknya aku skip dulu malam ini..."

"Tapi Ega—"

"Bel, slow steps, ingat?" tanyaku mereferensi pada kata-kata dokter yang merawat mamanya. Sebuah ujaran untuk mengingatkan anak-anak Rahardian agar memaklumi kemajuan kondisi ibunya yang perlahan-lahan dan tak bisa diburu-buru. Sedikit kejam karena aku terpaksa harus mengingatkannya pada kondisi ibunya yang kronis dan mungkin sama sekali tak bisa dibandingkan dengan kondisiku yang tidak ada apa-apanya. Namun aku ingin adik tiriku itu cepat kembali ke kamarnya sendiri sebelum Theo menelepon.

Abel menatapku lama, lalu mengangguk, jelas tengah melawan nalurinya yang ingin memaksa mengajakku keluar untuk makan sebanyak-banyaknya. "Sebenarnya hari ini aku muntah karena nggak enak badan. Dari kemarin perutku sakit... Tapi ada roti sobek di situ, nanti aku makan itu aja. Oke?" tanyaku mencoba bernegosiasi.

Ragu-ragu Abel mengangguk, melirik ke samping, berusaha memastikan bahwa di atas nakas yang kutunjuk memang terdapat makanan.

"Kamu bener nggak mau apa-apa?"

"Bener. Aku cuman mau makan roti sambil minum teh aja."

"Mau aku temenin? Aku bisa beli nasi dan makan di sini... Atau kalau takut kamarnya bau, aku bisa makan di luar nanti balik ke sini lagi. Boleh aku tidur di sini malam ini?"

Semenjak pertemuan pertama kami dulu, jarang sekali aku menolak permintaan Abelku yang mandiri dan jarang menuntut. Karena itu, rasanya berat sekali harus berkata tidak, apalagi sebagai kakaknya aku tahu pasti mengapa Abel meminta untuk terus dekat denganku malam ini. Setelah tanpa sengaja mengetahui rahasiaku, aku paham kalau Abel memerlukan waktu untuk mengelola hal ini lebih lanjut di dalam benaknya. Keinginannya untuk terus berada di sisiku malam ini bisa jadi bersumber dari ketakutannya akan kemungkinan bahwa sewaktu-waktu aku bisa sakit seperti mamanya. Sebagai kakaknya, aku paham semua ini, tapi aku tak kuasa untuk melawan tuntutan Theo, membayangkan apa yang bisa nekad dilakukannya padaku nanti, kalau aku sampai berani menolak permintaannya kini. Kalau aku meminta padanya untuk memberikan dispensasi malam ini, ia akan bertanya padaku mengapa. Kalau aku memberitahunya bahwa malam ini Abel membutuhkanku dekat dengannya, maka aku harus memberitahu Theo soal kondisi kesehatan mentalku yang kurang baik. Apapun aku bisa berikan, asal bukan itu.

[Tamat] False Idol, A Stepbrother Dark Romance (Season 1)Where stories live. Discover now