Bab 30

11.3K 1K 79
                                    

Theo

Jadi begini rasanya ketagihan...

Kesempatan memang kadang muncul dalam kesempitan. Mulanya aku setuju mengajak adik-adikku pergi nonton ke bioskop, meskipun tidak ada yang lebih kuinginkan selain tidur lelap hingga pagi. Pertemuan dengan calon investor aplikasi menyita banyak waktuku. Gara-gara Galih yang sok nekad menggoda Ega, mengajaknya nonton, aku memutuskan untuk tidak memberikan kesempatan pada mereka pergi berdua-duaan saja. Kalau mau nonton, silakan saja. Tapi harus sama-sama.

Rencananya aku ingin tidur saja di bioskop, tapi setelah berakhir dengan adikku di kursi pojok paling belakang... apa yang bisa kulakukan? Aku hanya laki-laki biasa, sementara semua gerak-gerik Egalita tidak luput dari perhatianku. Karena itu, ketika wajah imutnya mengerut memejamkan mata karena takut melihat adegan seram di layar (siapapun sutradara dan penulis naskahnya patut diberi bonus!), aku tidak bisa menahan diri untuk tidak menciumnya.

Sejak ciuman pertama kami di villa, aku telah berusaha menahan diri. Setiap hari semakin sulit, namun Tuhan tahu aku telah mencoba sekuat tenaga. Berusaha mengingatkan diri ini kalau Egalita adalah adikku, masih di bawah umur, dan sepertinya perasaanku pun bertepuk sebelah tangan. Ega selalu menghindar setiap kali aku mencoba berbicara dengannya soal kejadian di villa, membuatku merasa bersalah.

Namun bibirnya yang merekah memberi jalan di dalam bioskop malam itu berkata lain. Sepertinya perasaanku berbalas, karena Ega juga menciumku. Dari gerakan bibirnya, aku tahu pasti kalau ia masih belum berpengalaman, namun tak apa, sebab Egalita punya Theo yang akan membimbingnya. Lagipula, aku tidak suka membayangkan ada laki-laki lain selain diriku menyentuh bibirnya.

Malam itu, tidurku yang paling nyenyak selama beberapa tahun belakangan.

Ega adalah Xanax yang diresepkan oleh dokter, khusus untukku. Sedikit demi sedikit, aku dibuatnya ketagihan. Mula-mula ciuman curi-curi ketika kami sedang di dapur berdua sudah cukup. Lama-lama aku memberanikan diri menyelinap ke kamarnya untuk mencumbunya, hanya untuk memastikan kalau perasaannya padaku masih belum berubah... Melihatnya merintih kepanasan ketika aku menciumi leher dan wanginya memberikan kepuasan tersendiri. Oh yeah, adik manisku, ini baru awal. Masih ada banya trik kepunyaan kakak, kamu mau lihat?

Beberapa kali, ingin rasanya aku melemparkan tubuhnya ke atas tempat tidur, membenamkan seluruh diriku ke dalam tubuhnya. Namun sisa-sisa kewarasanku mengingatkan kalau usianya baru 16 tahun, belum cukup umur. Karenanya, walaupun gairah sudah di ubun-ubun aku masih berusaha menahan diri. Egalita pantas mendapatkan perlakuan yang lebih baik dari ini.

Jadi begini rasanya ketagihan...

Ketika kami berada dekat seperti sekarang, kegilaanku mampu dijinakkan... Meski demikian, aku tak bisa mencegah tatapan mataku yang diam-diam selalu mengekor ke manapun ia melangkah. Ketika aku berada jauh darinya, aku harus menghitung waktu... kapan bisa segera pulang untuk bisa mendapatkan dosis Egalita-ku berikutnya. Sebab kalau tidak, entah bagaimana aku bisa mengatur pikiran gelap di dalam otakku itu—yang terus memintaku mengikuti nafsuku sendiri untuk memiliki Ega seutuhnya—agar tidak memaksa keluar ke alam kesadaran.

Entah berapa kali aku mencegah tanganku yang seperti ingin bergerak sendiri menyusuri kulit tubuhnya, mencegah mulutku untuk mengatakan apa yang ada di dalam kepalaku padanya; memintanya mencintai dan menginginkanku seperti aku mencintai dan menginginkannya.

Semula hanya bolos sedikit, di sana, lalu di sini... Sama sekali tidak berbahaya... Hanya bentuk usahaku untuk lebih sering berada dekat dengannya.

Lama kelamaan, seperti tidak ada lagi motivasi untuk sekedar mengikuti perkuliahan yang materinya bisa dengan mudah kupelajari di luar kelas. Waktu yang berharga seperti ini, bisa kuhabiskan dengan berada di rumah, mengerjakan proyekku sendiri... dan yang terutama sambil mengawasi Egalita dari dekat. Apa gunanya pulang ke rumah jika energiku sudah habis untuk mengerjakan semua kegiatan yang hanya akan menyenangkan orang lain?

[Tamat] False Idol, A Stepbrother Dark Romance (Season 1)Where stories live. Discover now