Bab 7

21K 1.4K 54
                                    

Egalita

Aku mengamati Dina berlari ke dalam, mengambil jaket untuk dirinya sendiri juga Abel. Sementara Theo telah beranjak menuju garasi, menyiapkan mobilnya. Keluarga Om Henri cukup berada, rumah mereka yang dua lantai berdiri di atas sebuah lahan luas. Kalau persepsiku akan tur yang diberikan oleh Om Henri dan anak-anaknya sebelum makan malam tadi benar, maka halaman belakang rumah mereka mungkin akan terlihat jauh lebih besar di siang hari. Karena itu, memperkerjakan seorang (atau lebih dari seorang) supir tentu bukan masalah. Namun anak-anak Om Henri begitu normal dan berkelakuan baik, mereka tidak ingin membangunkan supirnya hanya untuk mengantarku. Mereka bertiga bersikeras berangkat bersama-sama mengantarku pulang.

Dari kesan pertama pertemuan kami malam ini, Dina adalah gadis yang sangat manis, membuatku tiba-tiba berharap seandainya aku punya seorang adik perempuan. Ah, sebenarnya aku sudah punya adik perempuan, namun usia kami yang hanya berjarak beberapa bulan, juga situasi unik antara ayah dan ibu kandung kami masing-masing mebuat hubunganku dengan saudara tiri seayah lebih kompleks.

Pada masa lalu yang telah lama berselang, ayah kandungku diam-diam menikah siri dengan seorang wanita dan menghamilinya ketika ibuku sendiri sedang hamil. Hubungan rahasia itu tidak terbongkar sampai umurku lima tahun dan ibu mendapati bahwa ayah memiliki keluarga rahasia di luar. Dari situ ibuku tahu bahwa istri siri ayah telah memiliki anak perempuan seusiaku. Bukan hanya menghamili ibuku, ayah juga menghamili istri keduanya pada waktu yang hampir bersamaan. Setelah Rhea dan Robby Manar bercerai, kadang Robby, ayahku, membawaku menemui keluarga barunya, namun aku dan anak perempuannya yang satu lagi tidak pernah bisa dekat.

Dengan Dina, semula aku mengira bahwa akan sulit untuk menjadi dekat karena jelas, ibuku dan papanya kini sedang dalam masa penjajagan untuk menjadi pasangan suami istri. Dari yang kudengar, mama kandung Dina kini ada di pusat rehabilitasi mental karena depresi akut. Tidak bisa kubayangkan bagaimana perasaannya mendapati seorang wanita asing akan mengambil posisi mama mereka, ditambah lagi wanita itu memiliki seorang anak bawaan. Aku berusaha menempatkan diri di posisi mereka. Kalau aku jadi Dina, mungkin aku akan menunjukkan secara terang-terangan rasa tidak suka yang akan aku rasakan atas nama kesetiaanku pada mama.

Segala urusan rumah tangga dan dinamika anak tiri—saudara tiri ini membuatku selalu menjaga sikap.

Kadangkala aku merasa kalau ada sesuatu yang salah dengan diriku ini. Buktinya, aku tidak cukup untuk ayah kandungku sendiri, karena itu ia menikah lagi dan mempunyai anak perempuan lain, menghabiskan lebih banyak waktu bersama keluarga barunya. Setelah beranjak dewasa dan membaca banyak buku serta menonton episode demi episode Oprah Winfrey Show di televisi, baru kusadari bahwa pikiran semacam itu keliru. Sebagai seorang anak, aku sama sekali tidak bersalah atas setiap keputusan keliru yang ayah dan ibuku ambil. Merekalah orang dewasanya, dan sudah seharusnya mereka bertanggung jawab. Namun demikian, kebiasaan lama susah menghilang.

Karenanya, aku cukup kaget mendapati bahwa Dina dan Abel sangat manis dan terbuka. Perlu sedikit waktu untuk membuat mereka menghangat padaku, namun siapa yang tak memerlukan waktu untuk mengenal orang asing? Tingkah laku mereka sopan dan ramah, sebuah testamen untuk kemampuan orang dewasa yang telah membesarkan keduanya. Mengingat mamanya absen, maka aku berasumsi Om Henri dan Theo yang mendidik si kembar...

Theo...

Mengamati bagaimana ia berinteraksi dengan adik-adiknya, tanpa bisa kucegah, aku disergap oleh rasa iri. Sepertinya punya kakak laki-laki itu hal yang menyenangkan.

Setelah kami bermain monopoli dan kartu, melalui interaksi mereka satu sama lain, aku mendapati dengan mudah kalau Theodore Rahardian adalah lem perekat keluarga ini. Dina dengan terang-terangan selalu meminta persetujuannya, sementara Abel diam-diam ingin menjadi seperti Theo. Belum lagi pencapaian si sulung yang diceritakan oleh Om Henri saat makan malam tadi. Membuat prototype software? Kalau dari penampilannya, Theo lebih mirip pemain basket ketimbang programmer. Tubuhnya tinggi, lebih tinggi beberapa senti dari Om Henri dan badannya cukup berotot. Kata Dina, Theo paling suka berenang dan lari.

[Tamat] False Idol, A Stepbrother Dark Romance (Season 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang