13 - surat dari l

6.2K 784 58
                                    


Tanah kembali basah malam ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tanah kembali basah malam ini. Hujan sudah berhenti setelah beberapa jam hujan mengguyur beberapa daerah Indonesia. Pukul 10.43 ketika Dewangga melihat angka di jam tangannya. Diambilnya sebuah jaket di atas tempat tidur, lalu dia beranjak keluar dari kamar dan terdiam sejenak ketika Rama bersamaan keluar dari kamarnya sendiri.

Mereka saling tatap dalam diam. Seperti asing satu salam lain, keduanya langsung memalingkan muka. Sama-sama berpikir bahwa tak ada yang perlu mereka katakan. Bahwa pandangan tak sengaja itu hanya kebetulan. Bagi Dewangga, Rama hanya tak sengaja menatapnya. Pun bagi Rama, adiknya itu hanya tak sengaja menatapnya.

Zena langsung turun lebih dulu menuruni tangga menuju luar rumah. Langkahnya tiba-tiba berhenti ketika suara bundanya menggelegar di ruang keluarga.

"Zena!"

"Iya, Bun?" Zena mengacak rambut belakangnya dan menoleh ke samping. Ternyata di sofa depan telivisi itu bukan hanya ada bundanya, tetapi juga ayahnya. Ayah tengah merangkul Bunda dan mereka menikmati menonton film.

"Mau ke mana?" tanya Ayah.

Zena menunduk sejenak dan menggaruk pelipisnya. "Ke rumah temen," jawabnya asal. "Ingat Valdo, Yah? Nah, itu. Rumahnya deket Adi Bakti."

"Atau mau balapan liar?" tanya Ayah skakmat.

Mata Zena menyipit kemudian normal kembali. Dia benar-benar malas diintimidasi. Bibirnya sudah terbuka ketika akan menjawab, tetapi karena suara lain yang sangat dikenalinya membuat cowok yang punya tindik di telinga itu langsung mengatupkan bibir rapat-rapat.

"Bun, Yah, aku mau ke rumah temen buat ngambil jurnal untuk tugas kampus," kata Rama saat berjalan ke arah Ayah dan Bunda, lalu kakak kandungnya itu pamit pada kedua orangtua mereka. Zena menggaruk ujung telinganya yang tidak gatal, merasa aneh sendiri jika dirinya yang maju ke sana dan mencium punggung tangan mereka.

Memanfaatkan kesempatan ketika Rama berbicara dengan Ayah dan Bunda, Zena langsung melangkah cepat menuju motornya yang terparkir di halaman. Tak lama kemudian Rama keluar dan berjalan menuju mobilnya yang terparkir tepat di samping motor Zena.

Lagi-lagi, dua orang itu saling diam. Zena mengambil helm di atas jok motor dan Rama bersiap membuka mobil.

"Zen."

Gerakan Zena mengaitkan helm terhenti ketika Rama memanggil. Dia juga tak menyangka Rama akan bersuara. Zena hanya membuka kaca hitam helmnya dan menaikkan alis.

"Sere nyariin lo," kata singkat Rama kemudian cowok itu masuk ke dalam mobil.

Zena masih terdiam. Ah, dia juga tak akan mengatakan apa-apa jika baginya itu tak penting. Namun, bagaimana jika sesuatu hal itu tentang dia?

Zena menggeleng. Dia memperbaiki helm, menarik gas motor, lalu meninggalkan rumahnya menuju tempat yang entah di mana.

***

DELUSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang