by northaonie
part of zhkansas
...
Tembakan itu masih terbayang-bayang di benaknya bahkan saat dia belum begitu mengerti tentang banyak hal.
Lusi, gadis kecil yang tiga hari lalu baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke-5, kini tak lagi mengerti apa itu bahagia. Dia terus berlari mengikuti perintah mamanya beberapa menit yang lalu.
Kedua kakinya lelah untuk berlari lagi bahkan untuk sekadar melangkah. Dia tersedu-sedu di tengah jalanan sepi dan terduduk di aspal, berteriak memanggil Mama yang nyawanya baru saja direnggut. Dia baru saja kehilangan orang yang paling dia sayangi.
Dia kembali bangkit berdiri. Langkahnya tertatih menyusuri jalanan sepi. Orang-orang mengerikan yang selalu berdiri di belakang papanya entah ke mana. Dia berhasil lolos setelah bersembunyi dari orang-orang mengerikan berpakaian hitam itu.
Tubuhnya melemah. Dia terus melangkah menyusuri tepi jalanan. Jurang dangkal berisi bebatuan di bawahnya tak dia perhatikan lagi. Saat mendengar suara mobil dan cahaya lampu di belakangnya, dia mempercepat larinya dengan ketakutan yang menyerbu. Sesekali kepalanya tertoleh ke belakang dengan panik.
Lusi menangis kencang. Satu kakinya tergelincir dan dia terjatuh ke bebatuan. Kepalanya terkena bebatuan di sana. Kepalanya terasa sakit. Tangisannya melemah, pandangannya buram. Dua orang lelaki berpakaian hitam muncul di atas sana.
"Tinggalkan saja. Jangan bawa anak itu dalam keadaan seperti ini. Kita akan dihukum lebih parah kalau ketahuan anak itu hampir mati."
Lusi tak mengerti kata-kata selanjutnya. Tubuhnya tak bisa digerakkan, tetapi kesadarannya masih ada meski kecil. Orang-orang itu pergi. Suara mobil terdengar. Cahaya dari lampu mobil menerang dan perlahan menghilang. Pergi meninggalkannya sendirian.
Entah sudah berapa lama dia di sana. Tinggal menunggu pagi. Namun, ada mobil yang kembali berhenti di atas sana. Lusi membuka matanya dengan lemah. Seorang laki-laki dan perempuan yang entah siapa turun dari sana.
Mereka menghampiri Lusi dengan raut khawatir. Lusi berusaha membuka kelopak matanya untuk melihat perempuan yang kini menangis memegang kedua pipinya.
Buram. Pandangan Lusi tak lagi bisa melihat jelas siapa mereka. Tubuh kecilnya diangkat oleh laki-laki itu dan membawanya entah ke mana.
Perempuan yang entah siapa itu terus memegang tangan Lusi. Seolah-olah meyakinkan Lusi bahwa Lusi akan baik-baik saja.
"Jangan khawatir. Ada Tante dan Om."
Lusi hanya bisa tersenyum lemah sebelum dia menutup matanya dan tak mengingat dua orang itu lagi. Entah siapa mereka.
***
Seluruh tubuh Lusi terasa gemetar. Pejaman matanya belum juga terbuka. Dia masih ketakutan ditambah ingatan masa lalu itu kembali muncul. Kenangan itu mengingatkannya kembali kepada orang-orang yang pernah menolongnya, yang wajah mereka saja Lusi tak ingat.
"Lo udah baikan?"
Lusi membuka matanya perlahan. Hal pertama yang tertangkap di pandangannya adalah kaos abu-abu yang dipadu oleh jaket hitam seseorang. Dia mendongak. Saat itu juga, raut wajah khawatir dari cowok itu lah yang pertama kali dia pandangi.
Lusi dengan panik menoleh ke tempat di mana orang-orang jahat tadi berhenti. "Mereka udah pergi?" tanya Lusi saat kembali menatap cowok itu.
Dengan senyuman tulus, cowok itu menjawab dan menatap Lusi lamat-lamat. "Orang-orang itu udah pada pergi, kok."

KAMU SEDANG MEMBACA
DELUSI
RomansaSELESAI ✔️ Lusi menghapus air matanya segera dan menyesali keasyikannya yang larut dalam tangis, lupa dengan siapa dia berada di ruangan yang tengah terkunci ini. Masih duduk menekuk lutut, perlahan kepalanya tertoleh ke kiri dan menemukan cowok yan...