53 - menarik perhatian

3K 487 34
                                    


Zena tak bisa diam saat di rumah Gayatri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Zena tak bisa diam saat di rumah Gayatri. Dia terus memikirkan kata-kata Luna yang ingin ke rumah nenek. Dia menyerah untuk tetap diam. Pada akhirnya, dia mengendarai motornya dan memarkirkan motornya di tempat yang sepi tak jauh dari rumah nenek. Dia menunggu di balik pohon. Zena menghela napas panjang dan mengarahkan kepalanya ke atas dengan mata tertutup. Decakannya keras saat membayangkan Lusi yang ada di dalam. Dia tak bergerak ketika mendengar suara Luna dan Kirana.

"Aku pulang dulu," kata Luna. Zena menatap Luna dari tempat persembunyiannya. Cewek itu kemudian pergi. Zena tak kunjung beranjak. Dia masih menimbang-nimbang untuk mengantar Luna pulang.

Bagaimana pun, dia khawatir.

Setelah Luna lumayan jauh melangkah, Zena baru mengikuti dari belakang. Namun, langkahnya langsung berhenti dan dia mencari persembunyian saat Luna menghampiri sebuah mobil di pinggir jalan.

Zena tak sempat melihat. Dia hanya diam di tempat tanpa mau melirik ke sana.

Yang Zena pikirkan hanya satu; pacar Luna.

***

Zena kesal. Rencananya selalu saja gagal. Semalam dia menunggu di luar rumah nenek, bersembunyi agar Luna tidak melihatnya. Ternyata Luna tidak bohong. Ke rumah nenek bukan hanya sekadar alasan bagi Luna agar Zena tak memaksa Luna pulang bersama. Luna benar-benar ke rumah nenek dan setelah Luna pulang dijemput oleh seseorang. Zena langsung bertemu dengan nenek dan menanyakan apa saja yang Luna lakukan di sana.

Nenek menceritakan kembali apa yang Luna katakan. Saat mendengar apa yang Luna bahas, Zena marah. Dia benar-benar marah karena apa yang dikatakan cewek itu kepada nenek.

"Lo mau ngelakuin apa lagi?" tanya Valdo. Dia menggeleng heran ketika melihat seorang siswi membawa ember berisi bekas pencucian piring kafetaria.

Valdo, Zena, dan Farzan tetap duduk di tempat. Menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya. Shaq terlihat enggan berada di sana. Shaq langsung pergi meninggalkan kantin yang langsung dilirik oleh Zena.

Zena menatap Shaq bingung. Dia kemudian mendengkus dan mengambil ponselnya untuk mengirimkan Luna pesan.

Lo di mana? Gue udah nunggu lo dari tadi.

***

Pertemuannya dengan nenek semalam membuatnya sedikit lega. Perasaan yang selama ini dia pendam setidaknya terobati walau tak seberapa. Luna berjalan di koridor, tersenyum.

Dia dan Jihan tiba di depan kantin, lalu seorang siswi yang memegang ember tiba-tiba membuang air kotor di dalamnya tepat pada Luna. Jihan berteriak dan refleks menyingkir saat cipratan air kotor itu lengan dan seragamnya. Sementara Luna tak bisa bergerak di tempat. Terlalu terkejut. Air kotor itu sudah memandikannya.

"Ma—maaf." Siswi yang sedang memegang ember menangis terisak. Tangannya gemetar dan dia menjatuhkan ember itu ke tanah. "Ak—aku minta maaf."

Luna menggeleng pelan. "Kamu dipaksa Zena, ya?" tanyanya serak. "Kamu boleh pergi."

DELUSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang