59 - 15 hari menjadi lusi zena

3.2K 456 52
                                    


Siswa-siswi SMA Phoenix mulai meninggalkan kelas mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siswa-siswi SMA Phoenix mulai meninggalkan kelas mereka. Zena keluar dari kelasnya dengan tergesa-gesa menuju kelas Luna. Dia harus menjemput Luna dan menarik paksa cewek itu untuk pulang bersama jika masih saja tidak mau.

Sudah tidak begitu banyak siswa kelas XI IPA 1 saat dia tiba di sana. Hanya kurang dari 5 orang. Dia mengedarkan pandangannya dan tidak menemukan Luna di penjuru ruangan itu selain Jihan yang dia kenali sebagai teman Luna.

"Luna mana?" tanya Zena langsung saat Jihan tak sengaja memandanginya.

Jihan memegang pinggiran meja dan menjawab dengan pelan. "Udah pulang...."

Zena menaikkan alis. "Sejak kapan?"

"Se... sebelum lo tiba di sini." Jihan memperbaiki letak kacamatanya di hidung.

"Oh?" Zena mengangkat alis. "Dia sendirian? Bareng cowok lain? Atau gimana?"

"Sendirian!" balas Jihan cepat dan menyengir lebar.

Zena memandang Jihan curiga. Gerak-geriknya kelihatan aneh. Jihan tampak tegang di tempatnya berdiri. Bisa saja Luna sedang menghindar karena kejadian semalam. Zena sengaja tidak mengganggu Luna sejak pagi dan sekarang cewek itu tak boleh lepas dari jangkauannya. Zena menyesal terlambat datang.

Saat Zena melangkahkan kaki ke kelas itu untuk membuktikan kebenaran dari perkataan Jihan, ponselnya berdering. Zena berhenti di tengah-tengah kelas untuk menerima panggilan dari seseorang. Senyum licik Zena terukir sempurna saat melihat seseorang di bawa meja.

Dasar bodoh, batinnya.

"Halo, Sere?" sapa Zena. Dia sudah menunggu Sere bicara, tetapi sejak tadi Sere tak bersuara. "Kenapa nelepon?"

"Gue minta tolong. Bisa nggak?" tanya Sere dengan suara parau. Zena sampai mengernyit. "Gue... gue...."

Suara tangis Sere membuat Zena berbalik dengan cepat dan melangkah buru-buru keluar dari kelas. "Lo di mana?"

***

"Lun, Luna! Akhirnya dia udah pergi! Hampir aja," ujar Jihan dengan suara pelan setelah memastikan Zena menghilang dari persimpangan koridor Lantai 2.

Di bawah meja, Luna duduk memeluk lututnya. Lidahnya kelu. Sejak tadi tatapannya kosong. Dia hampir tak bisa bernapas saat mendengar langkah sepatu Zena yang semakin mendekat. Namun, saat Zena menyebut nama Sere dan pergi setelah itu, Luna hanya mampu terdiam kaku di tempat persembunyiannya.

"Luna," kata Jihan saat berjongkok tepat di hadapan Luna. "Dia udah pergi."

Luna perhalan mengangkat wajahnya. "Oh, iya. Makasih, ya," gumamnya.

Wajahnya yang lesu, bibirnya yang pucat, dan tatapannya yang seperti kosong membuat Jihan menempelkan tangannya di kening Luna. "Lo kenapa, sih? Nggak enak badan?"

DELUSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang