61 - membocorkan rahasia

3K 460 55
                                    


Akhirnya Luna berhasil tiba di depan lokernya setelah bersusah payah untuk meyakinkan Zena bahwa dia bisa pergi sendirian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Akhirnya Luna berhasil tiba di depan lokernya setelah bersusah payah untuk meyakinkan Zena bahwa dia bisa pergi sendirian. Luna merasa tak bebas juga karena ke mana pun Luna ingin pergi, Zena akan ikut. Bahkan ke toilet sekalu pun.

Cowok itu makin aneh saja.

Luna menggeleng-geleng dan mencoba tenang saat merasakan kegugupan. Dia sedang membuka loker dan ingin melihat bahwa surat dari SA itu apakah ada hari ini.

Ternyata ada. Luna menegang di tempatnya. Kepalanya tiba-tiba pusing. Dia membuka surat itu dan membacanya.

Kelihatannya lo udah baik-baik aja, ya :)

Gue lega.

Jangan terlalu penasaran dengan si pengirim surat. Santai aja. Anggap ini penguat buat lo kalau lagi diusili orang-orang berengsek.

- SA

Luna segera menatap sekelilingnya dan menyimpan suratnya dengan buru-buru. Dia sangat waspada dan takut. Si pengirim surat tahu bahwa dia penasaran.

"Dia ... tahu? Aduh...," gumamnya sembari berjalan lemas menuju parkiran di mana sedang Zena menunggu. Kepalanya semakin terasa penuh menebak-nebak si pengirim surat sembari melangkah.

Zena?

"Nggak mungkin, lah...."

Shaq?

"Shaq!" Luna mengangkat wajahnya. Seperti ada yang terang di atas kepalanya saat ini. Satu-satunya yang pantas dia curigai adalah Shaq. Toh, cowok itu satu-satunya yang peduli kepadanya semenjak Zena mengganggu hari-harinya di sekolah itu. Shaq bahkan tak pikir panjang memberikannya seragam Phoenix.

Luna sibuk dengan pikirannya dan tak sadar langkahnya sudah semakin dekat dengan mobil Zena. Saat itu, dia baru sadar bahwa Zena tidak sendirian. Ada Sere yang sedang tertawa bersama Zena di sana.

Zena menoleh kepadanya dan senyum itu hilang saat menatapnya. "Udah?"

Luna mengangguk dan tersenyum kepada Sere yang lebih dulu tersenyum padanya.

Pikiran Luna semakin kalut.

Dia hanya ... tidak senang dengan kedekatan mereka.

***

"Kak, tunggu!" Luna berlari mengejar Shaq yang baru saja ingin pergi dari kelas.

Shaq berbalik dan menatapnya bingung. "Lo?"

Luna mengintip ke dalam kelas dan tak menemukan Zena di sana. Zena juga tak menghubunginya sama sekali. Ke mana cowok itu? Akan tetapi, ini adalah momen yang terbaik. Tujuan Luna memang untuk mengecek Zena dan berharap cowok itu sedang tidak di kelas karena tujuan Luna saat ini adalah Shaq.

"Nyariin Zena, ya?" tebak Shaq.

Luna menggeleng cepat. "Nggak juga, sih. Aku mau ngomong sama Kakak." Luna menatap sekeliling, lalu menengadahkan tangannya sembari menatap Shaq. "Boleh minjem buku catatan?"

DELUSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang